Partikel “di” Kapan Dipisah dan Kapan Digabung?

Penggunaan kata depan “di” atau disebut juga partikel “di” sering keliru bagi beberapa penulis. Dapat dimaklumi.! Soalnya,  partikel “di” tidak selamanya ditulis terpisah dan tidak selamanya pula digabung. Aku pun pernah mengalami hal serupa—penulisannya simpang siur dan salah.

Lalu, kapan penulisan “di” dipisah dan kapan digabung? Begini, penulisan “di,” dipisah apabila “di” berfungsi sebagai kata depan (preposisi) Setiap preposisi tulisannya selalu dipisah. Kata preposisi meliputi: “di,” “ke,” dan “dari.” Supaya gampang diingat, ini rumusnya; “di” (tambah) keterangan waktu, tempat, suasana, atau keadaan.

Contoh: Di bawah, di balik, di atas, di sana, di sini, di samping, di Medan, di hening malam, di buku, di mobil, di kereta api.

Selebihnya, penulisan “di” akan digabung apabila pertikel di, berfungsi sebagai pembentuk kata kerja. Rumusnya; “di” (tambah) kata kerja pasif.   Contoh: ditulis, dipeluk, dibaca, disayang, direbus, dibawa, dikaji, diketik.

Tapi jangan lupa—ada beberapa kata yang memiliki dua makna. Adakalanya berfungsi sebagai kata kerja—adakalanya  berperan sebagai preposisi. Sebab itu,  harus cermat menyimak kata sebelumnya atau sesudahnya dalam kalimat tersebut. 

Contoh:
“Pertanyaanku langsung “disela” Martin, sebelum selesai kusampaikan.”  .
“Di sela-sela” rapat aku menjumpai teman lama.”

Tetapi, penggunaan partikel “di” pada beberapa kata tidak selamanya digabung atau dipisah. Digabung hanya pada saat “di” berfungsi sebagai pembentuk kata kerja dan untuk yang dipisah ketika “di” berfungsi sebagai preposisi.

Jangan cemas—kekeliruan dalam penggunaan partikel “di” bisa diatasi dengan cara mengindentifikasi apakah kata yang mengikuti partikel di adalah kata kerja atau kata keterangan. Jika yang mengikuti partikel di adalah kata kerja—maka partikel di difungsikan sebagai imbuhan. 

Semisal partikel “di” diikuti oleh kata “makan”—maka partikel “di” tersebut berfungsi sebagai imbuhan awalan. Karena partikel “di” dan kata kerja dasar makan—harus ditulis serangkai atau digabung. “Nasi satu piring “dimakan” habis sama dia.”

Jika yang mengikuti partikel “di” adalah kata keterangan—maka secara otomatis—partikel “di” dan kata yang mengikutinya—harus dipisahkan. Misalnya yang mengikutinya adalah kata; “kalangan” (objek) “rumah” (tempat) dan Januari (waktu) 

Contoh; “Di kalangan remaja,” “dia istirahat di rumah,” “vaksinasi dimulai  di Januari 2021.”

J.S Badudu, doktor bidang linguistik, lulusan Fakultas Sastra Universitas Indonesia  dalam buku; Inilah Bahasa Indonesia yang Benar, menguraikan, awalan “di” hanya terdapat pada kata kerja baik kata kerja itu berakhiran -kan atau -i maupun tanpa akhiran. Contoh; dipukul, dipukulkan, dipukuli, dilempar, dilemparkan, dilempari

Agar lebih gampang, J.S Badudu, menganjurkan untuk mengikuti pedoman berikut. Kata kerja yang berawalan “di” ialah semua kata yang menjadi jawab pertanyaan “diapakan dia” atau “diapakan benda itu?” Maka awalan “di” harus ditulis serangkai dengan kata di depannya.

Diapakan dia/benda itu? Dipukul, ditendang, ditikam, dicubit, dimaki, dicium, dipeluk, dibakar, dilempar, diserbu, diserang, dimarahi, dibasmi, dipermalukan, dihina, dipindahkan, diseret, dimakan, diperas, diperbaiki, dicabut, dicuri, dibrenggus, dibreidel, dipecat. 

Cara kedua, kata-kata kerja berawalan “di” mempunyai bentuk lawan awalan –me. Contoh; dipukul lawanya memukul,  dipukulkan lawannya memukulkan, dipukuli lawannya memukuli.

Contoh penulisan yang salah. “Kantor polisi “di lempari” orang yang tak bertanggung jawab.” Penulisan yang benar; “Kantor polisi “dilempari” orang yang tidak bertanggung jawab.” “Beberapa mahasiswa “di pukuli” para pendemo.” “Beberapa mahasiswa “dipukuli” para pendemo.”

Bagaimana membedakan partikel di, tetapi harus ditulis terpisah dari kata yang mengikutinya. Supaya jangan ragu-ragu menuliskannya—ingatlah  pedoman berikut ini. Semua kata yang menjadi jawaban pertanyaan; “di mana” pastilah kata depan “di” dituliskan dengan dua patah kata yang terpisah.

Sebab, kata depan di, jenis ini mempunyai kedudukan sebagai “kata” dan fungsinya menyatakan tempat. Misal; di mana dia? Jawab; di pasar, di rumah, di sana, di Jakarta, di Medan. Kata depan di yang juga fungsinya menyatakan tempat harus dituliskan terpisah dari kata di depannya.

Misal; di sana, di sini, di situ, di atas, di bawah, di tengah, di samping, di depan, di pinggir, di tepi, di belakang, di dalam, di luar, di sawah, di sebelah, di kiri, di kanan, di seberang, di timur, di barat, di hutan, di desa, di kota, di pelosok, di lembah dan di bukit, di balik, di puncak, di loteng, di pasar.

Contoh penulisan yang salah. “Pendaki berada “dipuncak” gunung.” Seharusnya “Pendaki berada “di puncak” gunung.” Dipinggir” jalan banyak pedagang berjualan.” Yang benar adalah “Di pinggir jalan banyak pedagang berjualan.”

Lalu, bagaimana dengan kata depan ke dan dari. Ini pun tidak berbeda dengan cara penulisan kata depan di yang berfungsi menjelaskan keterangan tempat. Kata depan “ke” dan “dari” harus dipisah dari kata yang mengikutinya.

Misal; ke sana, ke mana, ke pasar, ke rumah, ke sawah, ke kiri, ke bukit, ke atas, ke tepi, ke belakang, ke gereja. Dari mana, dari sana, dari gereja, dari sawah, dari Medan, dari belakang, dari atas, dari bawah, dari kali, dari timur, dari lembah, dari bukit, dari danau.

Contoh penulisan kata “ke” yang salah. “Dia menyebarkan isu kemana-mana.” Penulisan yang benar “Dia menyebarkan isu ke mana-mana.” Dilarang belok “kekiri.” “Dilarang belok “ke kiri.”

Namun, harus diingat, ada beberapa kekecualian. Kata kepada dan daripada selalu harus dituliskan serangkai. Demikian juga dengan kata “kemari” dituliskan serangkai sebagai sepatah kata, karena tidak ada pasangannya: “di mari” dan “dari mari.”

Betul, kata dari dan pada ada yang dipisah dan ada yang sudah baku. Hal yang perlu diperhatikan dalam penulisan: “dari.” Tulislah kata “dari” apabila menunjukkan tempat asal/datang. Misal; Dia datang dari Bandung.

Tulislah kata pada, apabila menunjukkan nama bilangan, waktu atau benda. Misal; pada masa orde baru. Pada waktu Sekolah Dasar. Pada zaman kekuasaan Belanda. Bukumu ada pada Lidya.

Tapi jangan silap, tulislah kata “daripada” apabila menunjukkan zat asal. Misal; Adam berasal daripada tanah. Minyak goreng itu terbuat daripada kelapa.

Tulislah kata “daripada” apabila menunjukkan perbandingan. Tangerang kini pesat perkembangannya daripada dulu. Pergilah merantau daripada di kampung.

Mudah-mudahan—dengan penjelasan ini—kita  dapat menghindari kesalahan dalam menulis kata dengan awalan “di” maupun “ke.” (Baharuddin Silaen)

 

IKLAN

Be the first to comment

Tinggalkan Balasan

Situs ini menggunakan Akismet untuk mengurangi spam. Pelajari bagaimana data komentar Anda diproses.