Piramida Terbalik untuk Penulisan Berita

Piramida Terbalik untuk Penulisan Berita
Piramida Terbalik untuk Penulisan Berita

Mengapa piramida dijadikan sebagai struktur penulisan berita? Seperti diketahui, piramida digunakan sebagai makam raja-raja Mesir Kuno yang dikenal dengan nama Firaun.

Hebatnya, piramida pun rupanya tidak dibangun sembarangan. Bayangkan, para insinyur Mesir kuno sebelum membangun—menghitung dulu jarak piramida dengan matahari—karena matahari adalah salah satu hal terpenting dalam kehidupan masyarakat Mesir kuno.

Bahkan, ilmuwan zaman now pun mengakui kehebatan mereka dalam membangun piramida yang termasuk tujuh keajaiban dunia ini. Bukan hanya itu, waktu, harta, dan tenaga yang dikeluarkan demi pembangunan piramida pun tidak kepalang banyaknya.

Asal tahu saja, pembangunan piramida membutuhkan waktu sekitar 20 tahun dan mempekerjakan lebih dari 10 ribu budak. Piramida terbesar berada di Giza.

Struktur bangunan piramida bagian bawah adalah fondasi. Fondasi adalah bagian paling penting. Soalnya, fondasi menyangga bagian bangunan di atasnya. Selain menyangga, jenazah pun diletakkan di bagian paling bawah.

Sebab itu, bagian paling bawah dari piramida itulah bagian terpenting, karena di tempat itulah jenazah diletakkan. Bagian atas hanya material atau tumpukan bahan bangunan dan semakin ke atas makin kurang penting.

Rupanya para jurnalis/pers terinspirasi dari piramida tersebut, kemudian menjadikannya sebagai pola penulisan berita dengan struktur Piramida Terbalik.

Dalam penulisan berita—posisi piramida dibalikkan—fakta paling penting dan menarik dari suatu berita—diletakkan di bagian atas—sedangkan yang kurang penting diletakkan di bagian bawah.

Semakin kurang penting—tempatnya pun akan berada di bagian bawah atau disebut: ending dari tubuh berita (body). Dapat dipastikan, struktur semacam ini, sangat membantu memilah isi berita dan kemudian meletakkan fakta berita terpenting di bagian paling atas tulisan.

Posisinya persis di paragraf pertama, disebut: teras,lead, intro. Letak teras berada di bawah judul berita. Bagan berita terdiri atas; judul, teras/lead/intro, body, bridge dan ending (penutup).

Selanjutnya, untuk judul berita harus diambil dari teras berita. Bukan dari tubuh berita apalagi dari ending—tidak lazim untuk penulisan berita. Ingat, judul berita harus mencermikan apa yang tertuang dalam teras/lead berita.

Kata lain, dalam judul berita harus terkandung isi teras berita. Judul adalah perasan dari teras. Teras adalah inti sari dari isi berita. Dengan membaca teras pun kita sudah memperoleh informasi awal dari keseluruhan isi berita.

Makanya, judul tidak asal main comot berdasarkan selera. Ada tata cara yang musti dipatuhi. Apabila judul berita tidak mencerminkan isi teras berita—percayalah ada kekeliruan atau boleh saja wartawan tidak memahami kaidah penulisan berita.

Sayangnya, kualitas serta profesionalitas media yang bersangkutan diragukan? Acap terjadi dalam berita yang dimuat di media cetak atau media online, judul melenceng dari isi berita.

Mungkin sengaja diplintir agar menarik perhatian pembaca. Tapi cara seperti tetap salah dan tidak diperkenankan. Model seperti ini, sama dengan menipu pembaca.

Tentulah media sejenis ini termasuk kategori media abal-abal. Beruntung jika editor media yang bersangkutan memahami kaidah penulisan berita yang standar, tentulah ia akan berbaik hati memperbaiki dan merapikannya sesuai kaidah yang berlaku sebelum siap cetak.

Tapi, bagaimana jadinya—seandainya editornya pun tak paham sama sekali kaidah penulisan berita yang benar dan baik? Ya, amburadul. Jalan paling ampuh mengatasinya, mau belajar dan belajar.

Belajarlah dari berita yang disajikan media cetak maupun media sosial yang senantiasa mengindahkan kaidah penulisan yang baik dan benar. Mulailah tertib dan patuhi kaidah menulis yang baik dan benar ketika menulis di Facebook, media sosial. Pasti bisa!

Rupanya, struktur Piramida Terbalik sudah dipergunakan lebih dari 150 tahun dalam penulisan berita. Konon, kantor berita Associated Press (AP) merupakan pihak pertama yang menerapkan struktur ini, terutama untuk penulisan berita lempang (straight news, hard news) Keuntungan yang ditawarkan—selain memandu pembaca mengetahui apa inti isi dari berita yang disajikan, juga membantu pembaca apakah melanjutkan membacanya atau tidak sama sekali.

Biasanya, jika sama sekali tidak menarik minat membacanya—segera dia beralih ke berita yang lain. (bas)

 

IKLAN

Be the first to comment

Tinggalkan Balasan

Situs ini menggunakan Akismet untuk mengurangi spam. Pelajari bagaimana data komentar Anda diproses.