
Immanuel Kant, lahir di Königsberg, Kerajaan Prusia, 22 April 1724. Ayahnya Johan Georg Kant dan ibunya, Anna Regina Kant. Meninggal di Königsberg, 12 Februari 1804 pada umur 79 tahun. Kota itu sekarang bernama Kaliningrad di Rusia.
Ibunya meninggal pada saat Kant berumur 13 tahun. Ayahnya meninggal saat dia berumur hampir 22 tahun. Ayahnya ahli pembuat baju zirah (baju besi)
Dia berasal dari keluarga pengrajin yang sederhana. Ketika Kant masih muda, usaha ayahnya bangkrut. Sejak itu, kebutuhan hidup mereka harus didukung oleh keluarga besar orang tuanya. Kant dikenal sosok yang rendah hati dan sangat disiplin.
Ia kemudian menjadi guru besar untuk logika dan metafisika di Universitas Königsberg. Mengampu mata kuliah geografi fisik sampai tahun 1796. Dia dengan mahir menguraikan posisi geografi dalam dunia ilmiah, termasuk landasan falsafi bagi geografi sebagai pengetahuan ilmiah.
Anehnya minat Kant dalam geografi fisik—nyaris tidak ada hubungannya dengan pengalamannya dengan alam di berbagai belahan dunia tetapi muncul dari penyelidikan filsofis atas pengetahuan empiris. Wajarlah, kalau Kant, berpendapat, geografi adalah ilmu empiris yang ingin menunjukkan alam sebagai suatu sistem. Geografi, menurutnya merupakan ilmu tentang fenomena fisik dan budaya yang tersusun dalam ruang bumi.
Kant menempuh pendidikan dasar di Saint George’s Hospital School, kemudian melanjutkan ke Collegium Fredericianum. Sekolah ini sangat berpegang kuat pada ajaran Pietist. Keluarga Kant memang penganut agama Pietist, yaitu agama di Jerman yang mendasarkan keyakinannya pada pengalaman religius dan studi kitab suci.
Pada tahun 1740, Kant menempuh pendidikan di Universitas Königsberg dan mempelajari filsafat, matematika, dan ilmu alam. Dia pernah sebagai guru privat selama tujuh tahun untuk membiaya pendidikannya. Selain itu, Kant rajin mempublikasikan beberapa naskah yang berkaitan dengan pertanyaan ilmiah.
Kant bekerja sebagai dosen (1755-1770) sambil mempublikasikan beberapa naskah ilmiah dengan berbagai macam topik. Gelar profesor diraihnya dari Königsberg pada tahun 1770.
Immanuel Kant dikenal dengan hidupnya yang sangat disiplin. Setiap hari ia jalani dengan jadwal yang sudah sangat tersistematisasi dengan rapih. Konon, orang bisa menebak dengan mudah pada jam/waktu ini ia berada di mana dan sedang melakukan kegiatan apa. Kedisiplinan hidup inilah yang memungkinkan Kant menulis begitu banyak karya yang fenomenal.
Karier Kant dimulai saat dia menjadi profesor universitas di Kota Konigsberg, yang juga merupakan tempatnya mengenyam pendidikan semasa menjadi mahasiswa. Dikenal sebagai akademisi yang menguasai hampir seluruh cabang ilmu yang ada pada saat itu. Bahkan semasa kuliah, selain mempelajari bidang filsafat, dia juga mempelajari fisika Newton dan sistem-sistem metafisis serta logika.
Saat Kant berusia 20 tahun, dia menghabiskan hidupnya dengan belajar. Mungkin ini yang membuat dirinya membujang di sepanjang hidupnya, walaupun sempat dua kali berkenalan dengan kisah asmara.
Semasa berkuliah, Kant memang disuguhi dengan filsafat rasionalisme yang kala itu menonjol di seluruh universitas Jerman. Belum lagi dosen yang dia kagumi, yakni Martin Knutzen memberinya pengaruh rasionalisme milik filsuf Christian Wolff.
Kant mulai meninggalkan rasionalisme dan beralih kepada empirisme setelah membaca gagasan-gagasan milik filsuf David Hume. Kant menyatakan bahwa gagasan-gagasan David Hume inilah yang mulai membuatnya mempertanyakan landasan dasar dari filsafat rasionalisme dan empirisme. unge.co.uk
Immanuel Kant menganggap bahwa kesalahan terbesar dari filsafat empirisme dan rasionalisme adalah tidak menyelidiki terlebih dahulu sejauh mana kekuatan sekaligus batasan kemampuan akal manusia dalam memperoleh pengetahuan, yang selanjutnya begitu saja dijadikan sebagai konsep ilmu yang diyakini kebenarannya.
Kant mengajukan pertanyaan filosofis yang membuatnya menciptakan filsafat fenomenalisme, dan menjadikannya sebagai seorang filsuf yang berpengaruh. “Apakah yang dapat kita ketahui? Apakah batas-batas pengetahuan manusia?”
Kant mendamaikan paham rasionalisme yang mengutamakan akal, dan paham empirisme yang mengutamakan panca indra (pengalaman) Bagi Kant, antara akal dan panca indra memiliki peran setara dan justru berkolaborasi ketika mengonstruksi sebuah ilmu pengetahuan.
Pada awalnya Kant menjuluki paham filsafat yang dianutnya dengan nama filsafat kritisisme, sebelum populer dengan paham fenomenalisme. Filsafat kritisisme milik Kant, mengawali perjalanannya dalam mencari kebenaran dengan terlebih dahulu menyelidiki batas-batas akal manusia.
Paham fenomenalisme berpandangan bahwa manusia hanya mengetahui segala suatu berdasarkan yang tampak (fenomena) Apa yang seseorang ketahui tergantung kepada─atau ‘dibatasi’ oleh ‘kegiatan kesadaran’ yang dipengaruhi realitas lahiriah dari suatu objek—pengamatan—pengalaman—keadaan mental dan pencerapan seseorang.
Artinya, pengetahuan merupakan kesan yang diberikan oleh segala sesuatu kepada kita, yang merupakan realitas subjektif. Sedangkan realitas objektif, yakni hakikat asli dari segala sesuatu itu sendiri tidak dapat diketahui. (bas/wikepedia.org)
Be the first to comment