Teknik Menulis Renungan

ada juga formula menulis renungan yang disebut; "Rumus 4 C" ; Contextualize, Connect, Communicate, dan Conclude. 

Teknik Menulis Renungan
Ilustrasi

SuaraHKBP.com | Menulis renungan hampir mirip dengan menulis opini/artikel, atau menulis tajuk pada surat kabar. Bedanya, menulis renungan harus berdasarkan firman Tuhan dalam Alkitab. Alkitablah sumber utamanya. Menulis opini/artikel sumbernya bebas dari mana saja sesuai topik yang akan dibahas penulisnya.

Materi/sumber bahan yang akan disajikan dalam renungan harian, biasanya sudah diplot berdasarkan Almanak (gereja) Begitu juga teks atau ayat renungan sudah ditentukan berurutan dengan hari selama satu bulan. Seperti Almanak HKBP misalnya.

Konten renungan—harus berlandaskan tema dari ayat Alkitab. Renungan pada umumnya singkat—padat dan menarik. Renungan adalah luapan/refleksi dari pengalaman batin (heart) Renungan bukan berisi tafsiran Alkitab.

Selain itu, harus terkandung pesan dalam renungan. Misalnya; merubah pola hidup, mengajak pembaca agar semakin mengasihi  Tuhan dan sesame, memberikan pengharapan, menghibur, mendidik, mengingatkan, menegur

Ada beberapa jenis renungan. Antara lain; Renungan yang memberi inspirasi untuk bertindak dengan nyata.  Isinya biasanya berupa dorongan bagi pembaca untuk bertindak sesuatu. Renungan yang memberi ketenangan.

Berisi kata-kata penghiburan untuk menguatkan pembaca yang sedang mengalami pergumulan. Renungan yang memberikan teguran.  Renungan seperti ini, memperingatkan pembaca supaya tidak melakukan perbuatan tertentu yang bisa mendatangkan dosa.

Renungan yang memberi paparan tentang suatu perikop tertentu.  Isinya informatif, hanya sebatas menjelaskan makna dari ayat-ayat tertentu dan relevansinya bagi konteks kekinian. Biasanya ditulis di halaman depan warta gereja. Penjelasan atau ringkasan kotbah minggu itu.

Selain itu, ada juga formula menulis renungan yang disebut; “Rumus 4 C” ; Contextualize, Connect, Communicate, dan Conclude.

Contextualize. Mengaplikasikan isi renungan dengan kehidupan sehari-hari. Pembaca renungan adalah manusia yang masih hidup di dunia nyata.  Manusia dengan berbagai pergumulan. Mereka butuh penguatan rohani yang konkrit.  Karena itulah, tulisan (isi renungan) sebaiknya menjawab kebutuhan pembaca secara nyata.

Connect.  Hubungkan persoalan kehidupan yang dibahas itu dengan firman Tuhan.  Temukanlah jawaban firman Tuhan atas persoalan yang digumulkan oleh penulis dan pembaca renungan itu.  Selain harus berdoa meminta hikmat dari Tuhan, lebih baik lagi jika Anda memiliki pengetahuan teologi yang memadai.

Communicate.  Mengomunikasikan firman Tuhan kepada pembaca. Tentang kasih dan karunia Tuhan serta penguatan dari Roh Kudus. Jika diperlukan, pakailah ilustrasi untuk menjelaskannya supaya lebih komunikatif.

Conclude. Simpulkan renungan ini dengan tindakan yang bisa dilakukan oleh pembaca. Rumuskanlah kata-kata yang bisa mendorong pembaca untuk membuat keputusan dan melakukan tindakan.  Pilihlah kata yang tepat (diksi) Satu kalimat pendek tapi dahsyat.

Biasanya halaman untuk renungan sangat terbatas.  Karena itu, perhatikan jumlah kata, sebagaimana ditentukan redaktur. Harus diakui, menulis materi yang singkat sangat sulit. Lebih gampang menulis karya yang panjang. Tapi bukan berarti tidak bisa dipelajari dan dimulai.

Bukan itu saja, perlu juga di perhatikan sasaran pembaca (target reader)  Dengan mengetahui sasaran pembaca, kita lebih mudah dalam menentukan tema dan menajikan gaya penulisan..

Kemudian, siapkan semua bahan-bahan pendukung. Misal; ilustrasi, data-data, Alkitab (kalau ada beberapa versi terjemahan dalam bahasa Indonesia, bahasa Inggris dan bahasa lainnya) dan Konkordansi. Untuk perbandingan agar penulis jangan terlalu kaku pada salah satu sumber.

Tugas selanjutnya, tulislah draft. Tulislah materi dalam draft. Tuangkanlah semua apa yang ada di benak Anda dengan bebas.  Jangan terlalu pusing dengan hasil tulisan—soal salah atau kurang menarik—bisa diperbaiki. Paling penting tulis saja dulu. Soal salah urusan belakang. Ingat, rahasia keberhasilan jangan takut salah!

Kemudian, tulislah renungan di komputer atau laptop. Soalnya, komputer dan laptop halaman sudah diformat sama seperti kertas polio A4. Kita tinggal menyesuaikan berapa halaman yang perlu ditulis.

Usahakan jangan menulis renungan di HP, sebab halaman (page) HP diformat hanya untuk bentuk; short message service (SMS) Perangkat telepon genggam (HP) tidak ada halaman muncul di layar atau screen.

Langkah Selanjunya  

Mulailah memilah-milah dan menyusun ide-ide atau pokok pikiran, supaya menjadi teratur dan enak dibaca. Usahakan agar alur logika tulisan mengalir dengan lancar.  Jika ada gagasan yang tidak relevan, jangan ragu-ragu untuk membuangnya (delete)

Jangan terlalu sering mempergunakan istilah asing yang kurang dipahami pembaca. Apabila terpaksa, tulislah artinya dalam bahasa Indonesia. Misal; upgrade  (meningkatkan) Gunakanlah bahasa Indonesia yang baku dan berlaku untuk seluruh wilayah Nusantara.

Misal: kereta. Tulislah: sepeda motor. Motor tulislah mobil. Pasar bukan pajak. Ibu jual sayur di pasar (baku) Bukan: Ibu jual sayur di pajak. Orang bijak rajin bayar pajak. Pajak rumah kami sudah lunas. Pasar rumah kami sudah lunas?

Jangan lupa, judul juga sangat menentukan renungan dibaca atau tidak. Sebab itu, judul renungan, harus singkat, padat dan menarik. Maksimal lima kata. Judul harus provokatif dan mengundang minat untuk membaca. Kalimat renungan, singkat, padat, menarik dan tidak bertele-tele. Judul harus mencerminkan isi renungan.

Tak kalah pentingnya, ingat jangan menggurui dalam renungan, apalagi merasa lebih hebat dari pembaca. Hindari cara penajian yang mendikte pembaca. (Misalnya; bandingkan dengan Mateus 5, Lukas 7. Baca Roma 5 dan Johanes 7) Gaya penulisan renungan seperti ini sangat membosankan dan dipaksakan.

Sebenarnya tidak ada yang melarang mengutip ayat dan membandingkannya. Boleh saja asal benar-benar sangat dibutuhkan dan memperkuat makna pesan yang disajikan. Jangan terlalu sering mengutip ayat-ayat dalam renungan. Cukup hanya menampilkan ayat utama yang telah ditentukan.

Ingat, menulis renungan bukan seperti menafsir Alkitab untuk bahan kotbah. Sajikanlah aplikasi atau ilustrasi dalam renungan. Ilustrasi lebih menyentuh dan menarik bagi pembaca. Ilustrasi boleh dikutip dari sumber lain, tapi sebaiknya disebutkan sumbernya. Demi menjaga etika penulisan yang baik dan benar.

Ingat, penajian renungan sangat berbeda dengan penajian bahan kotbah atau sermon. Renungan bukan bahan kotbah atau sermon. Renungan hanya singkat tapi bermakna bagi pembacanya.

Baharuddin Silaen

IKLAN

Be the first to comment

Tinggalkan Balasan

Situs ini menggunakan Akismet untuk mengurangi spam. Pelajari bagaimana data komentar Anda diproses.