
SuaraHKBP.Com | Ketua Umum Persekutuan Gereja-Gereja di Indonesia (PGI), Pdt Gomar Gultom, MTh, mengemukakan suka cita menjelang Perayaan Natal 2019 berada ditengah-tengah suasana yang tidak terlalu menggembirakan dalam konteks keberagaman.
“Kita lihat saudara saudari kita di Sumatera Barat yang tidak bisa merayakan Natal. Pun, hari ini (jemaat gereja) di Singkil, Aceh dipaksa menandatangani kesepakatan untuk tidak membangun gereja dan memperbaiki gereja,” jelas Pdt Gomar Gultom dalam sambutannya pada Perayaan Dies Natalis Ke-56 dan Natal 2019 Persatuan Inteligensia Kristen Indonesia (PIKI) yang digelar di Holiday Inn Hotel, Jakarta, Kamis malam, (19/12).
BACA JUGA: Dies Natalis Ke-55, Ketum PIKI: “Kehadiran PIKI bukan respon transaksional”
“Harapan masyarakat kita yang lebih adil dan demokratis, sejahtera dan tegaknya ham, tampaknya belum terwujud. Dan kita masih berjuang disitu,” tegas dia.
Lebih lanjut Gomar mengatakan bangsa ini sedang menghadapi anomali hukum dimana terjadi tindak pemaksaan yang membabi buta.
“Juga, kita prihatin masih adanya pola hidup sektarian, separatis dan fundamentalis serta kecenderungan kehidupan ditengah-tengah bangsa yang eksklusif, yang juga terjadi dikalangan kita sendiri. Mereka ini selalu menganggap dirinya atau kelompoknya paling baik. Tuhan ditafsir dengan pemahaman yang sempit. Inilah yang menyebabkan suasana makin tidak kondusif,” pungkasnya.
BACA JUGA: Teologi Perdamaian: Kristen Cinta Damai
Perayaan Dies Natalis Ke-56 dan Natal PIKI 2019 diterangi tema “Kebenaran meninggikan derajat bangsa” (Amsal 14:34) ini dimulai dengan ibadah.
Sementara Ketua Umum DPP PIKI, Baktinendra Prawiro MSc, MH, dalam Pidato Dies Natalis Ke-56, mengutarakan tema PIKI ini merupakan panggilan teologis yang darinya mengalir pokok-pokok program dan kegiatan PIKI selama lima tahun.
“Tema ini mengamanatkan pesan yang komprehensif sebagai basis spiritualitas Inteligensia Kristen (PIKI) dalam menjawab tantangan kediriannya di tengah pergumulan bangsanya,” tegas dia.
Lebih jauh Baktinendra menjelaskan, kebenaran menunjuk pada dua sisi penting. Pertama, sisi pelaksanaan perintah memperlakukan rakyat secara baik serta dengan terus menegakkan keadilan bagi penduduk.
“Jika ini dikombinasikan dengan sisi kedua, yakni sebagaimana perintah agar orang Israel Perjanjian Lama memperlakukan sesamanya sebagai bagian dari dirinya sendiri, memperlakukan sesamanya yang kurang beruntung sebagaimana mengasihi Tuhan Allahnya, maka ini yang dalam tradisi Perjanjian Lama disebut sebagai kebenaran,” papar dia.
“Dan kebenaran seperti ini bukan hanya kebenaran ‘religious’ atau kebenaran agamawi belaka, tetapi merupakan panggilan moral yang jika semua terwujud, maka pada gilirannya akan meninggikan dan mengagungkan bangsa,” imbuh Baktinendra.
BACA JUGA: Pascasarjana UKI Gelar Diskusi “Kedudukan Caleg Setelah Putusan MA Sebagai Suatu Tinjauan Yuridis”
Sedangkan Ketua Panitia Dating Palembangan SE, Ak, MM, menambahkan acara malam ini merupakan perpaduan periodik PIKI “Kebenaran meninggikan derajat bangsa” dengan tema Natal PGI dan KWI “Bersahabat bagi semua orang”.
“Kalau kita mau mencapai derajat yang tinggi, tentu kita harus mempunyai banyak sahabat, karena mereka itulah yang menjadikan derajat kita menjadi tinggi. Bila kita tidak punya sahabat bagaimana mencapai derajat yang tinggi,” tandasnya.
Sebelum digelar Perayaan Dies Natalis Ke-56 dan Natal 2019 PIKI, diadakan Rapat Kerja Nasional (Rekernas) DPP PIKI yang dihadiri oleh 29 DPD PIKI digelar di Hotel Swiss Bellin, Kemayoran, Jakarta, 18-19 Desember 2019.
(VIC)
Be the first to comment