Tumbuh Lokal Berbuah Universal

Tumbuh Lokal Berbuah Universal, satu karya besar yang ditulis Pdt Darwin Lumbantobing, menambah deretan buku sejarah perjalanan kekristenan di Tanah Batak.

Penulisan buku ini, memakan waktu satu tahun, yang diharapkan sebagai referensi memperkaya diskusi terkait dengan; “Revatilasi Progam Pelayanan HKBP Pasca-100 Tahun Dr Ingwer Ludwig Nommensen.”

Sejumlah dokumen sejarah gereja di Tanah Batak, yang nyaris tak pernah diketahui sebelumnya, dapat dibaca dalam buku ini, dilengkapi data akurat.

Tentu tak lepas dari kegigihan, keseriusan dan ketekunan Darwin Lumbantobing, menggali berbagai pustaka tua baik melalui Library Research, maupun wawancara langsung kepada sejumlah tokoh yang dianggap kredibel atas derap langkah pelayanan Nommensen di Tanah Batak.

Bukan itu saja, penulis sendiri meluangkan waktunya di sela kesibukan yang sangat padat mengunjungi perpustakaan di Jerman, dan Chicago, Amerika.

Kemudian dari penelitian yang dilakukan, terungkap relasi kultur, hukum dan kehidupan sosial Batak dalam kiprah penginjilan serta rangkaian perjalanan gereja Batak.

Selain itu dan tidak dapat dipungkiri, rupanya pengaruh tata gereja dan doktrin gereja Barat abad 17 yang populer disebut: Pietisme, tak bisa dihindari sentuhannya mewarnai tata gereja dan jejak kekristenan di Tanah Batak.

Lebih jelas, warisan Pietisme yang diusung misionaris ke gereja Batak, dapat dilihat dalam Hukum Gereja atau Siasat Gereja atau Ruhut Paminsangion, Agenda (liturgi) Buku Ende. Alasan kuat mengapa mengutamakan Ruhut Paminsangon ketimbang Tata Gereja atau Konfesi?

Soalnya sebagai gereja muda, perilaku hidup Kristen Batak belum berdiri kokoh, ketika muncul tantangan boleh saja mereka akan segera kembali kepada: hasipelebeguon. Itulah sebabnya, dibutuhkan sejumlah larangan dan aturan, supaya mereka tahu apa saja yang diperbolehkan dan perbuatan praktis apa yang tidak diperkenankan dalam kehidupan sehari-hari orang Batak.

Sisi lain kehebatan buku ini, ada beberapa tokoh yang nyaris tak pernah muncul dalam penulisan sejarah kekristenan di Tanah Batak.

Sebut saja Christian Schutz, misalnya, nama ini tidak pernah diketahui selama ini dalam deretan sejarah gereja di Tanah Batak, ternyata Christian Schutz pernah ephorus membantu pelayanan Ephorus IL Nommensen yang semakin luas wilayah pelayanan kala itu.

Bahkan, posisi Ephorus Christian Schutz, bukan wakil atau ephorus kedua, melainkan ephorus penuh, khusus melayani di Angkola, Simangumban sampai Sipiongot. Surat Ketetapan dikeluarkan oleh Inspektur RMG di Barmen, 1912. (Hal 220-221)

Diuraikan pada pendahuluan buku ini, sebenarnya yang menjadikan HKBP besar dan berkembang adalah anggota jemaatnya sendiri.

Ini sekaligus nilai khusus bagi pertumbuhan dan perkembangan HKBP, yang mungkin kerangka pertumbuhan seperti ini, tidak ditemukan di gereja-gereja lain.

Kalaupun HKBP besar, berdiri di mana-mana bahkan ada di luar negeri (Amerika, Singapore) di berbagai kota serta tersebar di berbagai pelosok Nusantara, bukan karena program yang dirancang dari Kantor Pusat HKBP di Pearaja Tarutung, melainkan oleh warga HKBP sendiri.

Selengkapnya, miliki buku ini dan masih banyak topik menarik dituangkan di dalamnya. Buku ini layak dibaca warga gereja, pemerhati gereja, mahasiswa teologi, pendeta dan dosen yang mengajar di pendidikan teologi.

(Baharuddin Silaen)

IKLAN

Be the first to comment

Tinggalkan Balasan

Situs ini menggunakan Akismet untuk mengurangi spam. Pelajari bagaimana data komentar Anda diproses.