
Sejumlah pencinta dan pemerhati Danau Toba, bersama Komisi Pelaksana Pelayanan Strategis (KPPS) HKBP, mendiskusikan pengembangan parawisata Danau Toba. Percakapan fokus terhadap pengembangan Danau Toba ke depan, sebagai destinasi wisata yang memesona dan menarik.
Pertemuan dihadiri Ephorus HKBP Darwin Lumbantobing didampingi Praeses DKI Jakarta Midian KH Sirait, bersama Ketua Badan Pelaksana Otorita Danau Toba (BPODT) Arie Prasetyo di Kantor Distrik DKI Jakarta, Sopo Marpingkir HKBP. (23/1)
Pertemuan ini, diprakarsai Praeses Distrik DKI Jakarta yang sekaligus mengundang Ari Prasetyo menghadiri Bonataon Distrik DKI Jakarta dan selanjutnya diskusi pengembangan Danau Toba. Acara diskusi dipandu oleh Leo AM Hutagalung (Ditaotoba)
Dalam diskusi Ephorus Darwin Tobing, menjelaskan, apa pun informasi tentang pengembangan Danau Toba sebaiknya diketahui gereja. Soalnya, infomasi yang disampaikan melalui gereja lebih didengar masyarakat (warga gereja) Mereka lebih percaya kepada praeses, pendeta, diakones, bibelvrouw daripada aparat pemerintah. Karena membangun komunikasi dari bawah ke atas, lebih mengena, efektif dan efesien. Model seperti ini sangat pas, arus informasi dijaring dari bawah dan selanjutnya diangkat ke permukaan (ke atas) Dalam konteks pengembangan Danau Toba, gereja perlu digandeng menjadi mitra kerja menyampaikan informasi berkaitan dengan parawisata Danau Toba.

Apalagi kawasan Danau Toba dan Pulau Samosir, penduduknya 90 persen warga HKBP. Jadi, jika kita ingin memoles wajah parawisata Danau Toba, serta ingin mendapat sambutan dan dukungan dari penduduk setempat, bermitralah dengan gereja. Sebagai mitra kerja silahkan melibatkan para pendeta yang ada di sekitar kawasan Danau Toba,” kata Darwin di hadapan peserta diskusi.
Begitu juga dampak yang akan ditimbulkan, HKBP pun, jauh hari sudah mengantisipasi kemungkinan lain dari pembangunan Danau Toba ini. Kami menyikapi pengembangan Danau Toba sangat positif, namun tetap wanti-wanti akan dampak dari suatu perubahan, baik terhadap budaya/adat maupun kehidupan sosial di sekitar kawasan Danau Toba.
Karena itu, HKBP mendukung sepenuhnya pengembangan Danau Toba. Memang, sempat ada isu beredar yang tidak jelas sumbernya, seolah-olah HKBP tidak mendukung pengembangan parawisata Danau Toba. “Isu ini tidak benar. Kami siap bekerjasama dengan pemerintah dalam hal ini Badan Pelaksana Otorita Danau Toba,” ujar Ephorus Darwin Tobing.
Praeses Pdt Midian KH Sirait, di hadapan peserta diskusi, menjelaskan mengenai kehadiran Ketua BPODT, Arie Prasetyo, adalah atas prakarsa dan undangan Paraeses Distrik DKI Jakarta untuk dapat hadir pada acara Bonataon Dsitrik DKI Jakarta. Kemudian, meminta kesediaan Arie Prasetyo, bersama Ephorus HKBP untuk sama-sama berdiskusi serta memberikan masukan sekitar pengembangan Danau Toba.
Midian KH Sirait, mengatakan, senang ada pertemuan dan diskusi dengan Ketua BODT bersama pencita dan pemerhati Danau Toba, ini langkah yang positif mendukung progaram BODT ke depan. Kita bisa bersama-sama tatap muka berbicang-bicang dengan Arie Prasetyo, tentang apa dan bagaimana serta apa saja yang sudah dilakukan dan akan dikerjakan ke depan. “Marilah kita manfaatkan kesempatan ini dengan sebaik-baikya,” ucap Midian Sirait.
Apabila ada pertemuan yang menyangkut BODT, kata Praeses Midian, marilah bersama-sama berdiskusi, Distrik DKI Jakarta siap mendukung dan menyediakan tempat di Sopo Marpingkir.
Sebab itu, setiap ada kegiatan atau acara yang berkaitan dengan BODT, hendaknyalah atas sepengetahuan Praeses Distrik DKI Jakarta. Mengingat distrik ini adalah lembaga resmi milik HKBP di DKI Jakarta, tentu akan bertanggung jawab atas kegiatan di lingkungan Distrik DKI. “Marilah kita pergunakan wadah ini sebaik-baiknya, tertib dan teratur,” kata Praeses Sirait.
Saat diskusi, Edison Manurung, Dewan Pimpinan Himpunan Kerukunan Tani Indonesia (DPHKTI) mengusulkan agar mengumpulkan kepala desa tokoh masyarakat di Kabupaten Tobasa yang bertetangga dengan Danau Toba. Sebab, selama ini orang hanya tau Parapat, padahal masih ada desa di pinggir Danau Toba dengan panorama alam yang tidak kalah dengan Parapat. Seperti, Porsea, Tambunan, Laguboti, Balige. Masyarakt di sekitar desa ini juga bagian dari Danau Toba.
“Ada baiknya mereka dikumpulkan dan diberikan arahan, penjelasan perihal pengembangan Danau Toba. Agar masyarakat dan pemerinatah satu persepsi tentang pembangunan parawisata Danau Toba,” kata Edison Manurung.
Saran yang sama disampaikan Sumihar Petrus Tamabunan, Ketua Komisi Pelaksana Pelayanan Strategis Lingkungan Hidup, Parawisata dan Pemberdayaan Masyarakat Desa HKBP. Ia meminta, agar memberdayakan gereja sebagai candra di muka pelestarian alam dan lingkungan hidup; “melalui program satu pohon satu jiwa.” Kemudian, membenahi produk unggulan, pembinaan kepada pengusah kuliner, penginapan dan transportasi.
“Sebagai masukan, agar tetap menjaga kejujuran dan membuat daftar harga dari produk dengan transparan dan wajar,” kata Sumihar P Tambunan.
EG Togu Manurung, Ketua Dewan Pengawas Forest Watch Indonesia, menyoroti kondisi air Danau Toba yang tercemar akibat pelet ikan kerambah di Danau Toba. Ini sangat mengganggu kualitas air Danau Toba dan ini akan membawa dampak buruk bagi turis yang berkunjung ke Danau toba. Selain itu, bibit ikan yang dimasukkan ke Danau Toba, benar-benar diseleksi, jangan sampai ikan asli, ihan Batak, habis dimakan. “Saat ini ihan yang ada di Danau Toba, nyaris musnah dimakan ikan lain,” kata EG Togu.
Begitu juga permukaan air danau yang terus menurun. Ini harus segera ditanggulangi dengan menggalakkan penanaman pohon di kawasan Danau Toba. Tak terkecuali enceng gondok yang tumbuh di atas danau yang dari waktu ke waktu terus menyebar luas. Perlu dipikirkan cara mengatasinya yang efektif tapi menghasilkan.
Caranya, membangun pabrik untuk mengelola enceng gondok menjadi bahan kertas. “Enceng gondok sudah cukup banyak di pinggiran Danau Toba. Saya pikir, bahan yang tersedia sangat cukup untuk diolah menjadi kertas,” ujar Togu Manurung.
Terkait dengan pengembanagan parawisata Danau Toba, Laurencius Manurung, pada saat diskusi, menyarankan, kepada penduduk di sekitar Danau Toba dan Samosir, diadakan pendekatan, jangan gampang menjual tanah kepada siapa pun. “Mari kita bersama-sama memberikan sosialisasi kepada masyarakat setempat, jangan cepat terbuai iming-iming yang disampaikan pihak ketiga,” ucap Laurencius.
Siboro, dari Kementerian Kehutanan dan Lingkungan Tapanuli Utara, mengusulkan, produk unggulan lokal, seperti bawang, kacang dan mangga jangan sampai hilang dari Samosir. Ini adalah produk khas Samosir, sebaiknya ditingkatkan dan dikelola dengan baik pembibitannya serta pola tanam yang tepat. Perlu ada penyluhan kepada masyarakat petani di Samosir. Produk lokal ini termasuk daya tarik bagi wisatawan yng berkunjung ke Samosir dan menambah pendapatan bagi penduduk Samosir.
Selama ini yang menjadi kendala adalah masalah air untuk mengairi ladang dan sawah penduduk di Pulo Samosir. Ini perlu dipikirkan, bagaimana caranya mengangkat air dari Danau Toba dan mengalirkannya ke ladang dan kebun penduduk. Hingga saat ini belum ada terebosan untuk mengangkat air dari Danau Toba untuk mengairi ladang dan sawah penduduk. “Banyak air tapi penduduk Samosir kehausan. Maus di sampuran,” ujar Siboro
Masih berkaitan dengan pengembangan parawisata Danau Toba, Anita Gizelle Lubis, Ketua Perseketuan Perempuan HKBP Peduli Anak Bangsa dan Pemberdayaan Parawisata Danau Toba dan Tapanuli, memaparkan program persekutuan perempuan ini. Antara lain; memberdayakan kaum perempuan dan anak yang ada di kawasan Danau Toba. Melatih mereka ketrampilan dan memberikan pendidikan tata krama dan sopan santun. Merawat lingkungan yang bersih dan asri. Termasuk pelajaran bahasa Inggris praktis. “Pada kesempatan ini, kepada Ketua BPODT, mohon kami dilibatkan dalam program pengembangan parawisa Danau Toba. Kami siap membantu kapan pun,” kata Anita.
Pada akhir diskusi,Arie Prasetyo, menyimpulkan hal penting yang perlu menjadi perhatian bersama, yaitu keramahan dan kebersihan lingkungan. Keramahan atau sopan santun dan tutur kata masyarakat lokal sangat mendukung parawisata Danau Toba. “Ramah dan banyak senyum ini juga daya tarik tersendiri bagi pengunjung Danau toba,” kata Arie.
Selain itu, kebersihan lingkungan juga tidak boleh dianggap sepele. Lingkungan yang bersih, terawat, aman, sejuk dan tertib, ini juga salah satu daya tarik yang membuat pengunjung betah berlama-lama tinggal di kawasan Danau Toba. Apalagi, obyek wisata Danau Toba bukan saja alam atau panorama yang memesona, tapi juga budaya dan adat penduduk setempat yang sangat unik yang tidak dimiliki obyek wisata lain di dunia.
Jadi selain panorama alam yang indah juga potensi budaya yang layak disuguhkan sebagai daya tarik untuk mendatangkan wisatawan ke Danau Toba. Tentulah tetap merawat identitas asli budaya dan adat lokal. “Banyaklah tersenyum dan ramah terhadap pengunjung Danau Toba,” kata Arie.
(Baharuddin Silaen)
Be the first to comment