
Banyak hal yang telah dilakukan HKBP selama kurun waktu antara 1861-2016, yaitu mencerdaskan masyarakat Indonesia umumnya dan khususnya bagi suku (bangso) Batak. Inilah makna holistik pelayanan HKBP, yaitu menjadikan HKBP menjadi berkat bagi masyarakatnya.
Sejak ditetapkannya para misionaris yang bersidang di Parausorat, Sipirok: Heine, Klammer, Betz dan Van Asselt, genaplah usia HKBP 155 tahun (1861-2016) Jumat, 7 Oktober 2016. Banyak hal yang sudah dibuat oleh HKBP lewat kehadirannya di Tanah Batak hingga di perantauan bahkan di luar negeri.
Termasuk mendirikan pusat pendidikan, rumah sakit dan pusat-pusat pembinaan, di samping rumah ibadah. Itu artinya, HKBP telah ikut serta mencerdaskan bangsa jauh sebelum NKRI didirikan. HKBP berperan melayani secara holistik.
Itu nyata terlihat dalam visi HKBP menjadi berkat bagi dunia. HKBP dituntut untuk berperan lebih nyata lagi. Di samping gereja yang dikenal Huria na Bolon i, “HKBP is HKBP” juga dari kalangan generasi penerus gereja, mengharapkan HKBP dapat berperan aktif di tengah masalah bangsa dan dunia ini.
Hal itu nyata ketika Sumpah Pemuda 1928 diikrarkan, turut di dalamnya berikrar putra Batak, dengan sebutan “Wong Batak.” Putra Batak yang dikenal merantau itu, dalam mencari dan menimba ilmu setinggi-tingginya julukan ke mana orang Batak merantau tak ketinggalan gerejanya juga ikut dibawanya.
Kita sependapat tentang hal itu. Banyak hal yang telah dilakukan HKBP selama kurun waktu antara; 1861-2016 yaitu mencerdaskan masyarakat Indonesia umumnya dan khususnya bagi suku (bangso) Batak.
Artinya, jauh sebelum kemerdekaan dan Sumpah Pemuda, HKBP telah hadir ikut serta membangun bangsa ini.Para anak bangsa dari Tanah Batak yang berhasil dan sukses, sesuai dengan talenta yang dimilikinya menekuni profesionalitasnya, dengan antusias yang cukup tinggi berdikusi menyoroti tanggung tanggung jawab Kristen dalam kehidupan bebangsa dan bermasyarakat.
Panggilannya jelas yaitu; ikut serta mencerdaskan bangsa dan memberi kontribusi aktif sebagai gereja yang berperan di tengah masyarakat.
Maksudnya, gereja saat ini harus mampu mengimplementasikan dirinya sebagai garam dan terang dunia. Dalam perubahan zaman ini gereja harus melaksanakan tugas gereja yang hakiki. Gereja harus menjadi suatu komunitas yang saling menhibur dan menguatkan dalam ikatan damai sejahtera.
HKBP dalam usianyanya yang ke-155, di samping menyukuri ulang tahunnya juga memohon kepada Tuhan Yesus Raja Gereja, agar seluruh talenta yang dimiliki anggota jemaatnya bisa diberdayakan agar menjadi gereja yang betul-betul tidak hanya mementingkan dirinya sendiri, melainkan proaktif memberi perhatian kepada masyarakat di mana HKBP ada dan berada.
Sejarah Batak boleh dikatakan dimulai saat Ompui Dr IL Nommensen melajutkan tugas pendahuluanya yang memberitakan Injil Kerajaan Allah di wilayah Tapanuli.
Ketika itu, masyarakat Batak yang berada di sekitar Tapanuli, khususnya Tarutung, diberi pengajaran baca tulis, keahlian bertukang untuk kaum pria, dan keahlian menjahit serta urusan rumah tangga bagi kaum ibu.
Pelatihan dan pengajaran itu kemudian berkembang hingga akhirnya berdiri sekolah- sekolah dan pusat kesehatan di beberapa wilayah di Tapanuli.
Nommensen dan penyebar agama lainnya berperan besar dalam pembangunan rumah sakit yang ada hingga kini berdiri megahnya RS HKBP Balige, jauh sebelum Indonesia merdeka.
Kemegahan itu sebaiknya, harus disertai dengan pemeliharaan baik gedungnya dan pelayanannya agar warga jemaat dan masyarakat mengagumi berkat Tuhan yang disediakan bagi HKBP lewat rumah sakit.
Sementara itu, perkembangan pendidikan formal juga terus berlanjut hingga embrio pendirian perguruan tinggi swasta pertama 1954, di Sumatera Utara, Universitas HKBP Nommensen (UHN) ikut mencerdaskan bangsa kita.
Betul, pada awalnya Universitas HKBP Nommensen ikut mencerdaskan bangsa kita. Kini universitas ternama itu sudah memiliki beberapa fakultas, termasuk fakultas kedokteran.
Pada mulanya, UHN hanya terdiri atas fakultas theologia (1998) kemudian berkembang menjadi STT HKBP di kampus yang sama di Pematangsiantar.
Tidak sedikit putra-putri Batak lulusan universitas itu telah ikut mengabdi di negeri ini dalam berbagai lapisan kegiatan sesuai dengan talenta yang dimiliki.
Meski usaha untuk menyatukan kembali menjadi satu atap seperti semula, kini STT HKBP masih tetap berdiri sendiri terlepas dari Universitas HKBP Nommensen.
Harus diakui, dalam perjalanannya HKBP sebagai saksi Kristus di dunia menhadapi berbagai masalah yang harus dicermati dan dihadapinya. Imbasnya berpengaruh dalam masalah internal, masalah di tubuh gereja itu sendiri.
Syukurlah setiap masalah dapat diatasi dengan baik. Itulah makna firman Tuhan yang berkata, tidak ada yang mustahil bagi Allah.
Tidak ada yang tidak dapat diselesaikan jika semua warga dan pelayannya berdiam di dalam hatinya, Kristus Yesus yang telah menyelematkan hidup orang Batak dan warganya.
Landasan itu, tetap mengacu kepada Tri Tugas Panggilan Gereja yaitu gereja yang yang berkononia, bermarturia dan berdiakonia.
Di bidang misi semua komponen gereja itu dengan sikap yang positip dan proaktif hendaknya tumbuh bersama-sama bahu-membahu dan hidup bersama dengan masyarakat, sehingga tidak menimbulkan egoisme atau ekslusifisme.
Pada saat ulang tahunnya, warganya kembali dingatkan senantiasa merenungkan; peran apakah yang dimungkinkan oleh HKBP dapat dikembangkan agar menjadi gereja yang membawa berkat kepada jemaatnya dan masyarakat?
Gereja (HKBP) pada hakekatnya memiliki tanggung jawab kepada masyarakat, karena gereja berada bagi dunia. Karena itu, hubungan di antara gereja dan dunia tidak bisa terpisah.
Peran gereja di tengah masyarakat menurut Yoh 3:16; kerena Allah begitu mengasihi dunia, maka Ia memberikan Anak-Nya yang tunggal kepada dunia.
Allah memberikan Kristus bukan hanya bagi gereja, juga supaya dunia,setiap orang yang percaya kepada-Nya mendapat keselamatan.
Dengan demikian perhatian gereja terhadap dunia dipahami dalam empat hal yaitu dorongan bagi perdamaian dunia (peace) penjelmaan keadilan bagi oarang-orang dan negara-negara yang miskin, perhatian tentang krisis ekologi (subtainnability) dan demokrasi sebagai partisipasi massa (participation) Gereja di masa depan harus mempunyai empat hal tersebut dalam memerankan dirinya sebagai garam dan terang dunia (Mateus 5: 13-14).
Selain itu, tujuannya memecahkan masalah-masalah bagi negara di mana mereka tinggal. Usaha-usaha tersebut bukan hanya bagi negaranya sendiri, tetapi juga secara global dan universal, karena pada masa kini suatu negara tidak dapat memecahkan masalah politik dan ekonomi sendiri.
Ekonomi satu negara ada kaitan dengan struktur ekonomi sedunia, maka gereja harus mencari suatu model yang ideal dengan tujuan untuk menjadikan suatu model yang ideal dengan tujuan untuk menjadikan dunia yang saling menolong dan hidup bersama-sama serta hidup rukun dan damai.
Umat Kristen sebagai warga gereja, HKBP jangan sampai tumbuh menjadi eklusif, tetapi harus meneladani Yesus yang membawa kesaksian tentang kebenaran dan berbaur dengan masyarakat.
Akan sangat bermanfaat apabila warga tidak menjadi kelompok fanatisme yang sangat eklusif lalu merasa diri paling benar apalagi paling besar, terhadap masyarakat sekitar, bahkan terhadap masyarakat sekitar terhadap sesama umat.
HKBP ke depan harus meningkatkan keberhasilannya di masa lalu dengan kesediaannya mengembangkan etika bermasyarakat dan bernegara.
Banyak teolog menekankan, bahwa gereja yang berkembang pesat dan dinamis adalah gereja yang gembalanya melaksanakan peranan sebagai pengatur yang dari belakang dan awam melayani di depan.
Secara sinergi memberdayakan warganya (laos ) Gereja yangmemakai sistem penggembalaan di mana rohaniawan dan awam berdiri sederajat akan bertumbuh pada masa yang akan datang.
Untuk mengerakkan tenaga awam, masing-masing gereja harus melaksanakan pelatihan khusus untuk meningkatkan kepemimpinan awam.
Era pemberdayaan warga jemaat yang dituntut oleh Aturan Peraturan HKBP harus direspons positif oleh semua pelayannya.
Pertumbuhan HKBP ke depan harus mampu bekerja sama dengan umat Kristen lainnya, harus berlaku seperti Yesus Kristus sendiri yang bersaksi atas kebenaran Ilahi dengan berbaur bersama masyarakat dan menyalami kehidupan manusia dan menjaga hubungan dengan saling mendukung.
Ke depan, kerja sama tersebut harus lebih berkembang bukan hanya lingkungannya, tetapi dalam hubungan kerjasama sebagai patner, kawan sekerja Allah. Itu juga yang dimaksudkan gereja yang inklusif, dialogis dan terbuka.
Gereja tidak akan bermutu jika pelayanannya tidak memiliki mutu. Tiap pelayan HKBP harus mampu menyatakan visi dan misi HKBP di tengah warga gereja dan masyarakat sesuai Aturan dan Peraturan HKBP yang baru serta mampu dan bertenaga mengembangkan kehidupan yang bermutu di dalam kasih Tuhan Yesus Kristus.
Artinya, bersama-sama dengan semua orang di dalam masyarakat global, gereja harus menjadi gereja yang terbuka (open church) untuk menyelamatkan mereka, demi kemuliaan Allah Bapa yang maha kuasa.
Hal yang mengembirakan patut dicatat ialah di kalangan warga HKBP sudah meningkat adanya kepekaan sosial dan keperdulian melayani masyarakat seutuhnya.Yaitu mendukung persatuan, perkembangan dan pluralitas etnis dan agama di tanah air.
Kepekaan tersebut bertujuan perlu mengembangkan dan menjaga pluralisme di Tanah Air. Tujuan tersebut nyata untuk mengentaskan kemiskinan serta pengangguran.
Hanya dengan itu, tugas gereja di mata masyarakat mampu berbuat untuk memperkecil jurang sosial ekonomi, kaya miskin.
Hingga mangadakan kaderisasi kaum muda meningkatkan kerjasama antarlembaga untuk mengembangkan inkulturasi dalam kehidupan sangat perlu dikembangkan.
Akhirnya, konsekuensi logisnya, gereja perlu meningkatkan dialog antarsuku, antaragama, dan antarbudaya dengan melibatkan diri secara secara aktif dalam segala segi kehidupan bangsa.
Bekerjasama dengan semua konponen bangsa untuk membangun sebuah Indonesia bersatu yang sejahtera. Harapan ke depan tidak lagi warga yang dipinggirkan dan dinomorduakan.
Pada ulang tahun 7 Oktober 1861-2016, HKBP harus tetap menggumuli perannya sebagai garam dan terang dunia. Dirgahayu HKBP. Amin.
Be the first to comment