
Pilihan kata (diksi) yang tepat dan jelas dalam penulisan tidak boleh dianggap remeh atau anggap enteng. Kenapa? Supaya pembaca tidak menduga-duga atau menafsirkan sendiri makna kata tersebut, ketika membacanya. Bayangkan jika salah memahami kata tersebut, bisa melenceng ke mana-mana. Sebab itu—pilihan kata—harus konkrit dan jelas serta tidak bermakna ganda.
Ketepatan pilihan kata, menurut Gorys Keraf, kesanggupan kata untuk menimbulkan gagasan yang tepat pada imajinasi pembaca atau pendengar, seperti apa yang dipikirkan atau dirasakan oleh penulis atau pembicara. (Diksi dan Gaya Bahasa, hal 87)
Apa yang terbayang ketika kita membaca kata “orang?” Pastilah manusia—bukan hewan atau mahluk lain. Orang adalah kata ganti dari manusia. “Kamu orang apa?” Orang Batak, Jawa, Sunda, Minang, Ambon, Betawi, Bugis, Madura, Toraja. “Kamu manusia apa?” Maknanya sudah lain, sebab pilihan kata kurang pas.
Ada 10 pengertian “orang” menurut Kamus Umum Bahasa Indonesia. Orang artinya; manusia, sesuatu manusia, diri sendiri, penolong bilangan bagi manusia, anak buah, rakyat, suku, orang lain, karena (sebenarnya) dan manusia yang mempunyai sifat (orang kaya)
Dari kesepuluh pengertian tersebut tidak satu pun yang menyinggung; keyakinan, kepercayaan maupun yang berkaitan dengan agama. Itu artinya—kata orang tidak tepat dipergunakan menyebutkan agama yang dianut seseorang.
Contoh yang salah; orang Kristen, orang Islam, orang Katolik, orang Budda, orang Hindu.
Kata orang yang dipakai di awal sebutan agama ini—tidak tepat dan salah kaprah. Pilihan katanya ngaur—tentu maknanya pun jadi berantakan. Yang benar adalah agama Kristen, bukan orang Kristen? Tidak ada orang Kristen. “Dia orang Batak agamanya Kristen.” “Dia orang Sunda agamanya Islam.” Ini yang benar dan jelas.
Untuk pememeluk agama tersebut, disebut “umat” (jemaat) bukan “orang.” Misal, “perayaan Paskah dihadiri ribuan umat Kristen yang datang dari Jabodetabek. “Umat Kristen di dunia memperingati kematian Yesus Kritus pada Jumat Agung.” Umat beragama harus saling mengasihi. Bukan orang beragama? Bukan orang kristiani, tetapi umat kristiani!
Kata kristiani, belakangan ini sering dipergunakan baik dalam tulisan maupun lisan. Kata ini dipungut secara utuh dari bahasa Inggris, Christianity—agama Kristen atau yang berhubungan dengan kekristenan.
Ada lagi pilihan kata yang tidak tepat—dijumpai pada pemakaian kata “jemaat” dan “gereja.” Contoh, “Penjelasan mengenai program tahun marturia diharapkan meningkatkan kepedulian jemaat.”
Kata “jemaat” dalam kalimat ini bisa diartikan ganda oleh pembaca, yaitu; warga gereja, atau gereja (gedung) itu sendiri. Soalnya, kata jemaat kadang kala diartikan dengan gereja. Inilah membuat bingung?
“Resort ini punya 10 jemaat.” Kata “jemaat” dalam kalimat ini, apakah gerejanya (gedung) atau anggota gerejanya?
Supaya jangan membingungkan, tulislah “ anggota jemaat atau warga gereja,” apabila yang dimaksud adalah warganya (ruas) Apabila yang dimaksud adalah gereja (lembaga, gedung) tulislah gereja, bukan jemaat.
Gereja ini dibangun, 1990 dan menjadi resort pada 1998. Bukan jemaat ini dibangun, 1990 dan menjadi resort pada 1998.
Resort ini punya 10 gereja, bukan resort ini punya 10 jemaat.” Soalnya, tidak masuk akal satu resort hanya punya 10 anggota jemaat (orang)
Contoh pilihan kata yang benar; “Beberapa rumah anggota jemaat HKBP di Jakarta teredam banjir.” “Sampai saat ini surat izin membangun gereja belum diperoleh.” Ingat, bukan surat izin membangun jemaat?
Sebenarnya, dari etimologi (asal-usul) katanya pun sudah jelas perbedaan arti antara gereja dengan jemaat. Kata jemaat berasal dari kata “jama’a” (Arab) dalam bahasa Ibrani disebut qahal, assembly—Inggris, ekklesia—Yunani.
Kata ekklesia sering dipergunakan dalam Perjanjian Baru yang diterjemahkan dengan jemaat. Dalam Kisah 7:38 diterjemahkan “sidang jemaah” (gathering) Ekklesia juga diterjemahkan “sidang rakyat” (Kisah 19: 39) Dalam Matius 16:18, ekklesia, diterjemahkan “jemaat.” Atau kumpulan orang yang dipanggil keluar (out of to call)
Berdasarkan penjelasan ini, kata jemaat adalah sebutan khusus kepada warga/umat penganut suatu agama (Kristen)
Lain halnya dengan gereja, berasal dari kata igreja—Portugis, church—Inggris, kerk—Belanda, kirche—Jerman, gareja (huria) Batak. Kata ekklesia kadang diterjemahkan gereja.
Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia, gereja adalah gedung (rumah) tempat berdoa dan melakukan upacara agama Kristen. Orang yang datang berkumpul ke gereja, itulah yang disebut jemaat (ruas)
Cermatlah memilih kata, agar pesan yang disampaikan dapat dipahami pembaca (pendengar) sebagaimana yang diinginkan.
Bandingkan dengaan kata-kata berikut ini, mempunyai arti dan makna tersendiri; melihat, memandang, menatap, melirik, menengok, melongok, mengintip, jelilah memilihnya.
Pilihan kata yang tepat bukan saja enak dibaca—tetapi juga menjadikan kata-katanya komunikatif. Cobalah!
(Baharuddin Silaen mengajar di Fisipol UKI Jakarta, mengampu mata kuliah bahasa jurnalistik)
Be the first to comment