
Menurut kaidah bahasa, kalimat ialah gabungan kata yang mengandung arti. Terdiri atas; pokok kalimat, sebutan dan keterangan. Atau boleh juga disebutkan, kalimat ialah huruf, kata, gabungan beberapa kata, teratur, dilengkapi tanda baca dan mengandung pernyataan lengkap. Kurang lebih seperti itulah defenisinya.
Persoalan, apakah kalimat yang teratur dan benar menurut kaidah bahasa otomatis logis? Belum tentu? Coba perhatikan kebiasaan warga Jakarta ketika mau turun dari bis atau angkot, dibilang “kiri” untuk stop.
Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI) kiri adalah lawan kanan. Tidak ada disebutkan kiri artinya stop atau berhenti. Hanya bagi warga Jakarta “kiri” artinya stop. Kebiasaan ini sudah berlangsung lama, malah dianggap benar, tetapi tidak logis dan masuk akal.
Masih ada dijumpai kalimat tidak logis di media cetak maupun dalam percakapan resmi. Susunan kalimat sudah benar, baik, bahkan enak dibaca tapi tidak logis. Memang, tidak gampang mengetahui apakah kalimat itu logis atau tidak? Soalnya, ketika dibaca tidak ada yang mengganggu, lancar dan mengalir begitu saja.
Seperti apakah kalimat yang tidak logis itu? Tidak logis artinya tidak masuk akal? Menurut KBBI; “kalimat logis” adalah perkataan yang masuk akal. Kalimat artinya perkataan. Logis artinya sesuai dengan logika, benar menurut penalaran, atau masuk akal.
Sebaliknya, “kalimat tidak logis” adalah perkataan yang tidak masuk akal, kalimat yang tidak sesuai dengan logika, atau kata-kata yang tidak masuk akal.
Contoh kalimat tidak logis. “Bapak bupati yang kami hormati, kami undang ke depan untuk memberikan kata sambutan, waktu dan tempat kami persilahkan.”
Di mana letak ketidaklogisan kalimat ini? Bupati yang diminta memberikan sambutan, tetapi yang dipersilahkan: “waktu” dan “tempat.” Inilah kalimat tidak logis! Memangnya waktu dan tempat bisa memberi kata sambutan? Tidak mungkin.
Lalu, yang benar dan logis ialah, “Bapak bupati yang terhormat, kami persilahkan untuk memberikan kata sambutan.” Orangnya, bupati yang dipersilahkan. Mengapa harus mempersilahkan “waktu dan tempat.”
Tapi jangan kaget, cobalah perhatikan baik-baik ketika mengikuti acara resmi apakah itu di kantor, saat kata sambutan, protokol atau pemandu acara (MC) sering melakukan kesalahan seperti itu?
Cotoh lain yang tidak logis. “Mari kita berlomba mengejar ketinggalan di sektor pertanian di daerah ini yang kurang mendapat perhatian pada masa lampau.”
Letak tidak logisnya di mana? Mengejar ketinggalan pada masa lampau. Bagaimana mungkin mengejar ketinggalan di masa lampau. Tidak mungkin ketemu. Sebab, mengejar pastilah ke depan, sedangkan ketinggalan di masa lampau sudah jelas posisinya jauh di belakang. Sudah pasti tidak ketemu, sampai kiamat pun tidak bakal ketemu.
Sebaiknya, kalimat itu ditulis seperti ini, “Kita harus berupaya dan kerja keras supaya jangan ketinggalan di sektor pertanian yang kurang mendapat perhatian di masa lampau.”
Berikut ini contoh kalimat yang tidak logis yang dimuat di media cetak. “Korban kecelakaan meninggal dalam perjalanan menuju rumah sakit. Korban jatuh dari motor yang dikenderainya.”
Apa benar bisa seseorang meninggal karena dalam perjalanan menuju rumah sakit? Sangat tidak masuk akal. Tidak logis!
Kalimat yang benar dan logis; Pengendera motor jatuh dari motor yang dikendarainya. Kemudian dibawa ke rumah sakit, tapi dalam perjalanan menuju rumah sakit korban sudah meninggal.
Ada lagi kalimat yang tidak logis, bahkan sering tidak disadari kesalahan tersebut. “Dia menghubungi temannya dengan telepon.”
Kalimat ini benar dan baik, tidak ada yang mengganggu, lancar dan teratur. Tapi jangan terkecoh, ada yang tidak logis dalam kalimat ini. Pemakaian kata “dengan” dalam kalimat ini tidak tepat dan logis.
Menurut KBBI kata; “dengan” artinya; beserta, bersama-sama, keselaran, kesesuaian. Coba ganti dengan kata sinonimnya, kalimat itu bunyinya; “dia menghubungi aku kemarin “bersama” telepon.
Kata yang tepat adalah “melalui” atau lewat telepon bukan “dengan” telepon. Makna kata melalui dalam kalimat ini ialah jalan yang ditempuh atau yang digunakan.
Dalam ilmu komunikasi disebut media (perantara) Media (channel) yang digunakan untuk menyampaikan pesan kepada orang lain. Supaya pesan itu sampai kepada orang lain (receiver) digunakanlah media. Saluran yang dilalui/dilewati pesan tersebut, itulah yang disebut media.
Media itu bermacam-macam; telepon, radio, surat kabar, televisi, film, VCD, VD, cassette, buku, spanduk, poster, reklame dan handphone
Lantas, gunakanlah media sesuai kebutuhan, agar pesan sampai kepada tujuan sebagaimana yang diharapkan.
(Penulis, mengajar di Fisipol UKI Jakarta, mengampu mata kuliah Bahasa Jurnalistik dan Dasar Dasar Jurnalistik)
Be the first to comment