
Semasa kecil Jokowi, tidak bisa diam. Suka blasak-blusuk. Lelaki satu-satunya dan anak sulung. Sebagai anak sulung, di pundak Jokowi ada tanggung jawab membimbing adik-adiknya . Seperti memilih sekolah dan membantu adik-adiknya belajar dilakoni Jokowi dengan sabar.
Ayahnya Notomiharjo meninggal 23 Juli 2000 pada usia 62 tahun. Ibunya Sujiatmi Notomiharjo. Ayahnya memberi nama Joko Widodo. Joko artinya lelaki. Widodo artinya selamat. Ada tiga adik Jokowi. Mereka dibesarkan dalam kondisi keuangan yang pas-pasan. Namun orang tuanya tetap berupaya keras agar anak-anak dapat sekolah.
Notomiharja bertemu dengan Sujiatmi 1957. Usia Sujiatmi kala itu 16 tahun. Notomiharjo tiga tahun lebih tua. Agustus 1959 Notomiharjo melamar Sujiatmi. Keduanya sama-sama berhenti sekolah, lalu menikah. Pesta perkawinan digelar selama seminggu di rumah keluarga Sujiatmi.

Setelah perkawinan itu, mereka memilih pindah ke Solo. Wirorejo mengajari anak dan menantunya berdagang kayu. Pasangan muda ini tinggal di Kampung Srambatan, Solo. Selain membantu mertuanya berdagang kayu dan bambu, Noto sesekali menjadi sopir truk dan bus.
Jokowi lahir dua tahun kemudian di Rumah Sakit Brayat Minulya, Solo, 21 Juni 1961. Kepala Jokowi besar sewaktu lahir. Wirorejo, kakeknya mengatakan, “Anakmu bisa jadi orang nanti.”
Ayahnya meninggal 23 Juli 2000. Jokowi yang mengantar dab menemani ayahnya selama opname di rumah sakit menjelang wafat. Dalam prosesi pemakaman, Jokowi ikut memanggul jenazah ayahnya ke makam dengan berurai air mata.
Sesama temannya Jokowi dikenal pemurah dan suka membantu. Pernah gitar dan senapan angin kesukaan Jokowi dipinjam teman sekolah dan tak pernah dikembalikan. Jokowi tidak mau minta. Padahal untuk membeli gitar dan senapan angin, Jokowi harus mengumpulkan duit dengan menabung.
Kisah lain, suatu hari, Jokowi mogok sekolah. Berhari-hari dia mengurung diri di kamar. Ia tidak mau makan dan tidak mau diajak bicara. Orang tuanya bingung menyaksikan sikap Jokowi itu. Pasalnya, ketika Jokowi lulus SMP Negeri 1 dengan prestasi baik, gagal masuk SMA Negeri 1 Solo, sekolah favoritnya. Akhirnya ia sekolah di SMA Negeri 6.
Kendatipun mau sekolah di SMA Negeri 6, namun hati dan pikirannya masih belum fokus. Sering bolos dan enggan makan. Jokowi pun sakit—tifus—hampir enam bulan. Ibunya Sujiatmi terpaksa mengantar dan jemput Jokowi selama enam bulan. Begitu juga di kelas, dia diam saja.
Tapi, setelah naik kelas dua, dia lebih bersemangat belajar. Hasilnya, Jokowi selalu meraih gelar juara kelas , juga juara umum sekolah. Ketika ikut ujian masuk perguruan tinggi, Jokowi lolos masuk Fakultas Kehutanan Universitas Gajah Mada. “Cita-citanya waktu itu kalau bukan pengusaha mebel, ya jadi administrator hutan,” kata Sujiatmi, ibunya.
Tak heran kalau ibunya bingung, ketika Jokowi minta restu untuk terjun ke dunia politik,pada 2005, padahal bisnis membel sedang jaya-jayanya. Jokowi mohon doa restu untuk maju dalam pemilihan Wali Kota Solo. “Kalau mau kaya, jangan jadi wali kota,”kata Sujiatmi waktu itu.
Namun, ibunya menyarankan Jokowi menunaikan umrah untuk memastikan pilihannya itu. Sepulang umroh, Jokowi kembali menemui ibunya dan sekaligus memastikan siap maju pemilihan wali kota.
Ibunya menasehati Jokowi, harus ikhlas mengeluarkan uang untuk membiayai pencalonan. Uang yang keluar tidak boleh diminta. Dengan begitu, jabatan pemimpin akan amanah.
Ketika itu, ia berpasangan dengan FX Hadi Rudyatmo, Jokowi menang. Ibunya Sujiatmi dan Jokowi, termasuk keluarganya sama-sama bingung. “Saya bingung lihat sikap Jokowi, waktu di Solo gajinya sebagai wali kota tak pernah diambil,” ujar Sujiatmi.
Jokowi mengaku kedekatannya dengan sang ibu. Menurut dia, Sujiatmi bukan sekedar ibu yang selalu membantu dalam doa, tapi juga teman diskusi berbagai banyak hal.
Setelah satu tahun lebih menjabat Gubernur DKI Jakarta, Jokowi tetap merasa perlu teman diskusi. Seminggu dua kali dia menelepon ibunya, menceritakan masalah Jakarta yang sedang ramai di televisi atau sekedar menanyakan kesehatannya.
Desember 2013 dan awal 2014, Jokowi menelepon Sujitami, mengenai namanya yang diusulkan sebagai kandidat presiden dari PDI Perjuangan. Saat namanya diumumkan Ketua Umum PDI Perjuangan, Megawati, sebagai calon presiden, Maret lalu, sore harinya Jokowi menelepon ibunya. Minta doa restu.
Ibunya tidak sekedar merestui anaknya calon presiden, tapi juga nasihat. “Saya selalu ingatkan Jokowi untuk rajin salat, banyak makan, tetap jujur dan ikhlas,” kata Sijitami.
Wali Kota Surakarta
Nama Joko Widodo mulai menjadi sorotan ketika terpilih menjadi Wali Kota Surakarta. Awalnya publik meragukan kemampuan pengusaha mebel ini untuk memimpin dan mengembangkan Kota Surakarta, namun beberapa perubahan penting yang dibuat untuk membangun Surakarta di tahun pertama kepemimpinannya menepis keraguan ini.
Diawali dengan branding, di bawah kepemimpinan Jokowi kota Surakarta atau yang sering disebut dengan Solo punya slogan ‘Solo: The Spirit of Java’ yang mendasari semangat warga Solo untuk mengembangkan kotanya. Ini bukan sekedar branding, sejak 2006, Surakarta telah menjadi anggota Organisasi Kota-kota Warisan Dunia. Dengan keanggotaan tersebut, di tahun berikutnya (2007) Solo menjadi tempat Festival Musik Dunia (FMD) yang diadakan di Benteng Vastenburg.
Penyelenggaraan event ini membawa misi penyelamatan situs bersejarah karena benteng tersebut terancam akan digusur untuk kepentingan bisnis. Bahkan tahun 2008, Solo menjadi tuan rumah penyelenggara konferensi “Organisasi Kota-kota Warisan Dunia” ini.
Proses relokasi pedagang barang bekas yang biasanya selalu diwarnai dengan penolakan dan protes bisa dilakukan Jokowi dengan baik karena komunikasi yang langsung dan jelas dijalin dengan masyarakat. Salah satu bentuk komunikasi tersebut adalah melalui saluran televisi lokal di mana masyarakat bisa langsung berinteraksi dengan wali kotanya. Masalah lahan hijau juga menjadi perhatian Jokowi, relokasi pedagang barang bekas tersebut juga dilakukan untuk revitalisasi lahan hijau di kota Solo.
Langkah besar lain yang diambil oleh Jokowi adalah menetapkan persyaratan bagi para investor untuk memperhatikan kepentingan publik dan tidak segan untuk menolak mereka jika tidak bisa mengikuti peraturan yang ada dalam kepemimpinan Jokowi. Nama Surakarta kembali menjadi perbincangan ketika para siswa Sekolah Menengah Kejuruan (SMK) di Solo ini berhasil merakit mobil yang diberi nama “Esemka.” Jokowi sangat mendukung hasil yang membanggakan ini dengan ikut mengendarai mobil Esemka tersebut.
Untuk prestasinya ini, Jokowi kemudian mencalonkan diri di pemilihan Gubernur DKI Jakarta, 2012 bersama dengan Basuki Tjahaja Purnama sebagai wakilnya. Mereka berdua menjadi pasangan calon gubernur yang paling kuat berdasarkan perhitungan cepat yang dilakukan di hari pemilihan dan menjadi cagub yang paling banyak disoroti dalam Pilgub DKI 2012 ini.
Namun, pencalonan Jokowi diwarnai dengan isu SARA yang dikeluarkan oleh Rhoma Irama dalam ceramahnya di Masjid Al’Isra Tanjung Duren Jakarta Barat. Dalam kesempatan itu, Rhoma Irama mengimbau warga agar memilih pemimpin yang seiman, dan beliau menyebutkan bahwa ibu Jokowi adalah seorang non-muslim. Pernyataan ini menuai protes keras dari publik hingga Panwaslu DKI melakukan pemeriksaan atas Rhoma Irama atas dugaan menyebarkan isu SARA.
Hasil dari kepemimpinannya sebagai Gubernur DKI Jakarta, Jokowi berhasil mengambil hati masyarakat. Kemudian maju sebagai calon presiden sebagai kandidat dari PDIP dan menggandeng Jusuf Kalla sebagai calon wakil presidennya dengan nomor urut dua. Melawan pasangan nomor urut satu Prabowo Subianto dengan wakilnya Hatta Rajasa.
Pada 22 Juli 2014 pukul 20.30, Komisi Pemilihan Umum mengumumkan, pasangan calon presiden urutan nomor dua menang dalam pemilihan presiden yang diadakan 9 Juli 2014. Pasangan Jokowi-Jusuf Kalla dinyatakan unggul atas pasangan Prabowo-Hatta.
Dikutip dari buku: “Menulis Opini dan Profil,” Baharuddin Silaen dan sumber lain
Be the first to comment