BATAK FOR TOBA

Oleh Leo AM Hutagalung

Leo Hutagalung

Toba diartikan sebagai kawasan seluas 80 kali 30 kilometer yang berada di sekitar gunung Toba yang sudah muncul pertama sekali 840,000 tahun dan mencapai keadaan geologisnya sebagai kaldera seperti saat ini disaat terjadi letusan gunung Toba 74,000 tahun lalu.

Batak adalah suku asing yang datang ke wilayah Toba, bermukim pertama sekali pada abad 8-10 SM di daerah puncak Pusuk Buhit dan memulai hidup menetap di sekitar lembah Sianjur Mulamula. Suku yang mengagungkan marga ini didalam perkembangannya melakukan penyebaran keseluruh wilayah Toba dan sekitarnya, bahkan sebagian lagi berpindah dan berasimilasi dengan suku setempat di seputar Tapanuli dan juga Sumatera.

Dalam perkembangan Batak, Toba menjadi sumber kehidupan sosial ekonomi budaya politik pada masa lalu. Dilanjutkan pada masa kemerdekaan hingga orde reformasi saat ini, telah terjadi beberapa kali perubahan sistim pemerintahan. Kehadiran otonomi daerah telah menciptakan tujuh kabupaten yang kehidupan sosial ekonomi budaya politik mengambil manfaat dari alam Toba.

Kehadiran Kristen di Tanah Batak, 1824, terlebih dengan lahirnya Huria Batak Kristen Protestan (HKBP) 7 Oktober 1861, telah merubah cara berpikir orang Batak masa lampau, dengan meninggalkan cara hidup anismisme dan dinamisme ke pola hidup ketuhanan, bercocok tanam, beternak, bermukim, bersosial dan bersekolah. Lompatan budaya yang dimotori oleh Ephorus HKBP pertama Dr IL Nommesen, menghadirkan banyak perubahan besar dalam peradaban orang Batak terlebih lagi di saat kekristenan di sekitar Toba secara faktual sudah memasuki usia hampir 200-tahun.

Batak For Toba

Keadaan yang tidak berubah daripada orang Batak adalah mereka tetap memanfaatkan Toba untuk kehidupannya, dan bukan sebaliknya, sehingga yang tampak adalah Toba semakin buram dan Batak tidak lagi bisa mengambil manfaat dari Toba yang kusam tersebut.

Pada saat ini diperlukan revaluasi berpikir apakah kehadiran Batak untuk Toba ataukah Toba tercipta untuk Batak? Pilihan Batak atas konsep berpikir tersebut akan menentukan perkembangan Batak dan Toba untuk selanjutnya.

Batak harus merubah cara berpikirnya terkait dengan Toba. Batak harus merubah gaya hidup untuk kelangsungan Toba. Batak harus merubah hubungan sosial ekonomi budaya dan juga politik-nya terhadap Toba. Peran gereja menjadi terlihat sebab Batak adalah orang yang menjadi sesungguhnya ladang daripada pelayanan gereja (gereja adalah persekutuan orang-orang percaya) HKBP sudah mencanangkan visi misinya sejak 2014, bahwa gereja harus menjadi berkat bagi sekitarnya dan gereja bersedia menjadi pelopor perubahan, perdamaian, dan pemberdayaan.

Gereja adalah kumpulan orang-orang percaya yang saling mengasihi. Bilamana orang-orang tersebut bersedia merubah hidupnya maka gereja juga akan mampu melakukan perubahan besar. Gereja mampu melakukan perubahan di sekitar Toba mengingat di setiap kampung (huta) dijumpai gereja.

Perubahan yang harus dilakukan gereja adalah bagaimana orang harus menghargai Toba sebagai ciptaan Allah sebagaimana firman Allah yang tersurat dalam kitab Kejadian bahwa Allah “mencipta” dan firman Allah mempertegas tugas manusia adalah untuk menebar “bibit” dan memelihara “tumbuhan” sedangkan Allah menjamin akan memberi “pertumbuhan.”

Bisa disimpulkan bahwa Allah menghendaki agar Batak untuk Toba. Allah mencipta Toba, kemudian Batak dihadirkan untuk menebar benih kebaikan, memeliharanya, dan selanjutnya Allah sendiri yang memberi pertumbuhannya.

Batak untuk Toba

Toba adalah kaldera dari gunung Toba yang dipenuhi air dari berbagai sumber. Danau Toba meliputi luasan daerah 3,658 kilomete, dengan luas permukaan danau 1,103 kilometer. Sisa dari luasan area tersebut sekitar 43 persen merupakan bukit-bukit dan 30 persen bergunung-gunung, terletak di ketinggian terendah 600 meter dengan puncak tertinggi 2,000 meter di atas permukaan laut.

Diakui oleh banyak orang dan para ahli telah menghadirkan suatu pemandangan ekostis alami yang harus dijaga kelestariannya. Bahkan, sesungguhnya Batak bisa mengembangkan Toba sekaligus melestarikannya sebagai sebuah wilayah industri pariwisata.

HKBP Kebayoran Baru menyadari keadaan tersebut. Evangelisasi Bonapasogit, dengan fokus ke wilayah Toba Samosir telah dilakukan sebagai kegiatan pelayanan gereja yang holistik untuk menghubungkan banyak pengambil keputusan dan pelaku pariwisata untuk menyadari keadaan tersebut. Kehidupan keseharian dalam pola pikir, gaya hidup, ssistim sosial ekonomi budaya dan politik harus berubah untuk mendukung pembangunan kembali bidang pariwisata di seputar Toba Samosir.

foto artikel batak for toba

Perubahan harus dimulai dari dalam diri sendiri, keluarga, marga, kampung, pemerintah daerah dan bangsa Batak dengan menggalang semua pihak melalui jaringan gereja, khususnya HKBP sebagai pionernya. Di saat yang bersamaan, pemerintah sebagai motor negara yang bertenaga besar di bidang ekonomi, hukum dan politik, sesuai dengan tugas dan fungsinya, harus melakukan prioritas pembangunan prasarana dan sarana infrastruktur disekitar Toba. Semua komponen harus berjalan beriring mengembangkan potensi Toba, terlebih lagi tentunya kesadaran orang Batak.

Dalam persiapan tim evangelisasi, HKBP Kebayoran Baru telah melakukan beberapa riset dan kajian, bahkan tim sudah menghubungi, menjumpai, dan melakukan percakapan beberapa tokoh yang berkaitan dengan pembangunan pariwisata di Toba Samosir. Beberapa pemikiran telah dituang ke dalam surat audiensi dan diskusi terbatas dengan TB Silalahi (tokoh pembangunan Batak) Dr Yasonna Laoly (Menkumham) Mangindar Simbolon (Bupati Samosir dan koordinator pengembangan pariwisata tujuh kabupaten sekitar Samosir) serta diskusi dengan beberapa pemerhati telah dilakukan.

Pada dasarnya tim evangelisasi dalam kegiatan (29 Juni-4 Juli 2015) berpendapat pembangunan Toba Samosir di bidang pariwisata harus mencakup; Pembangunan jalan tol dari Kualanamu hingga Parapat (rencana saat ini hanya sampai TebingTinggi) dan pengembangan Parapat sebagai terminal sentral untuk semua moda transportasi darat/danau kedelapan wilayah kabupaten seputar Danau Toba, serta kelanjutan pembanguna Bandara Silangit.

Peningkatan kualitas jalan lokal dan infrastruktur transportasi seputar Danau Toba. Pembangunan Hotel jaringan internasional. Memperbaiki fasilitas wisata, kebersihan, dan informasi pariwisata. Pembangunan STT Pariwisata berkelas internasional di Pulau Samosir. Pengembangan desa wisata secara terpadu oleh pemda kabupaten dan pembaharuan sumber daya manusia seutuhnya.

HKBP sebagai gereja dapat mengambil beberapa peran. Keterlibatan gereja dalam peran nomor empat menjadi penting, sebagai “teladan” dapat melakukan dengan meningkatkan fasilitas, kebersihan, dan informasi pariwisata di kota wisata rohani Tarutung, bukit Siatas Barita, dan lokasi ziarah Sigumpa

Peran lain pembangunan pariwisata Toba Samosir, yang bias dilakukan mencakup sebagai nomor 5, 6, 7. Bahkan peran nomor 7, HKBP bisa menjadi motor pembinaannya.

Apakah yang harus dilakukan HKBP ?

Tidak ada yang perlu berubah dalam struktur organisasi HKBP selain daripada reposisi program, diferensiasi sistimatika kerja, dan melakukan fokus terhadap pembangunan Batak yang ramah tamah dan menolong (generous and hospitality) dalam mendukung Batak for Toba.

Gunakan semua infrastruktur HKBP untuk mempercepat pembaharuan perdamaian dan pemberdayaan dimulai dari Almanak, kotbah, sermon, perayaan gereja, tahun tematik, safari ephorus, evangelisasi bonapasogit, kujungan gerejawi, serta berbagai kreativitas yang bisa dilakukan warga jemaat setempat, dan juga Pengmas HKBP atau kelompok kerja HKBP lainya. Arahkan tema kepada kebangunan Batak yang ramah tamah dan melayani (generous and hospitality) dalam menciptakan Batak for Toba.

Semua pihak harus bergerak serentak dimulai 2016 selama empat tahun mendatang, sehingga pada awal 2020, Batak sudah berubah secara fundamental. Firman Tuhan dalam Ibrani 6: 1-3 telah menyapa bangsa Ibrani di perantauan, oleh karenanya pesan rohani tersebut mengharuskan HKBP melakukan akselarasi pelayanannya, semua bertujuan demi terciptanya perilaku Batak yang ramah tamah dan melayani (generous and hospitality) dalam mencapai Batak for Toba

Saran

HKBP harus proaktif dari pusat ke huria maupun dari huria tingkat pusat, menciptakan program, kegiatan, prasarana dan sarana untuk mencapai Batak yang ramah tamah dan melayani.

HKBP harus memiliki paradigma baru didalam kebangunan rohani dan pelayanan Firman Tuhan yang disampaikan ketengah jemaat untuk mencapai Batak yang ramah tamah dan melayani.

HKBP harus membangun sinergi, kolaborasi, atau kerjasama teknis dengan lembaga sosial swadaya masyarakat, pemerintah daerah dan pemerintah pusat, dalam suatu jaringan kerja strategis, mengingat slogan HKBP; ”sejahtera masyarakat, sejahtera gereja” harus diwujudkan melalui Batak yang ramah tamah dan melayani.

(Penulis St Leo AM Hutagalung Ir, MSCE. Ketua JKD HKBP Distrik VIII DKI Jakarta)

IKLAN

4 Comments

  1. Darimana HKBP memulai perobahan ini,dr parserahan melalui Sopomarpingkir?
    Daerah Batak maju dan berkembang karena masyarakat terlibat langsung membangun Gereja-Sekolah-Rumah Sakit.
    Toba tdk akan berobah klu dr luar berwacana,Universitas hrs dibangun di Toba di-tiap2 Kabupaten spy ada pengkaderan pimpinan,jangan lg pemimpin di Kabupaten Toba hrs didatangkan dr parserahan.

  2. HKBP MEMULAI PEROBAHAN dari anak Sikola minggu dan pendidikan Formal teruama [S.D-SLTP/SLTA-PERGURUAN TINGGI]TERUTAMA JAYASAN NOMENSEN MEDAN/SIANTAR.BELAJAR DR PENGALAMAN BAHWA BATAK TOBA BEROBAH SEANDAINYA PENDETA2/PARHALADO TDK MENPRIORITASKAN PENDIDIKAN.SAATNYA KEMBALI MENINGKATKAN PENDIDIKAN DAN PELAYANAN PROFESIONAL SESUAI KEMAJUAN ZAMAN .

  3. Tahapan
    1. Pahami semua berasal dari pencipta
    2. Batak datang kemudian, jadi lestarikan apa yang dijumpai
    3. Ibadah adalah mensyukuri ciptaan, dan mengembangkannya seturut kehendakNYA

Tinggalkan Balasan

Situs ini menggunakan Akismet untuk mengurangi spam. Pelajari bagaimana data komentar Anda diproses.