
Begitu menginjakkan kaki di Singapura, langsung tertib, taat aturan dan disiplin. Kebiasaan yang seenaknya di Jakarta, seperti; menyebarang jalan, stop bis, buang sampah dan turun-naik dari bus, begitu berada di Singapura—kebiasaan buruk itu, langsung berubah. Tertib!
Maklum, hampir di semua sudut kota, tampak bersih—teratur dan terawat baik dan tertib. Taman yang sangat asri di ruang terbuka dikelilingi pohon-pohon rindang, sedap dipandang mata.
Bayangkan, denyut kehidupan Kota Singapura bergerak simultan—lancar tanpa ada gangguan sama sekali. Nyaris tidak ada polisi di jalanan. Semua persimpangan jalan sudah dikontrol dengan camera.
Begitu juga pemakai jalan tidak ada yang melanggar rambu lalu lintas. Hampir tak kedengaran bunyi klakson mobil di sepanjang jalan.
Termasuk sistim transfortasi, dikelola dengan baik dan profesioanal. Tak terkecuali pelayanan yang nyaman dan ramah membuat siapa saja sangat dihargai dan dihormati.

Tempat-tempat yang ramai dikunjungi orang—disediakan tempat sampah di lokasi yang strategis. Memang, warga Singapura sudah terbiasa membuang sampah pada tempatnya. Kalau misalnya tidak ada tempat buang sampah, sampah bekas bungkus permen atau apa saja dimasukkan ke dalam tas, nanti dibuang setelah ada bak sampah.
Begitu juga penumpang bus, tertib menunggu di halte yang telah disediakan. Semua halte bersih dan nyaman. Tidak ada pedagang rokok di halte. Penumpang bus naik dari depan dan turun dari pintu tengah dengan sistim electronic card. Tidak ada penumpang yang rebutan. Kalau ada penumpang yang tua tidak dapat tempat duduk, penumpang lain mempersilahkan duduk.
Pemandangan yang sama—tampak di kereta api (SMRT) tertib dan tidak ada yang rebutan naik dan turun. Calon penumpang antri menunggu di jalur yang sudah ditentukan. Meskipun berdiri, tapi tidak berdesak-desakan dan di dalam SMRT—udara bersih dengan pendingin yang sangat memadai.
Sepanjang jalan di Singapore—kenderaan berjalan tertib, tidak ada saling mendahului atau memotong jalur. Pengguna jalan raya benar-benar taat peraturan dan sangat disiplin. Dilarang makan dan minum dalam bus maupun SMRT. Dilarang merokok di tempat umum dan permen karet.
Hal serupa dapat disaksikan ketika menyeberang, harus di tempat penyeberangan yang sudah ditentukan. Dilarang menyeberang pada tempat yang tidak ada rambu-rambu untuk pejalan kaki yang hendak menyeberang. Tampak para penyeberang jalan bersabar menunggu sampai lampu hijau menyala, bagi yang ingin menyeberang.
Semua tertib, teratur, bersih dan nyaman. Tidak ada kelihatan pedagang di trotoar. Atau tukang tambal ban di sudut kota. Atau penjaja koran di lampu merah. Apalagi pengemis—nyaris tidak pernah dijumpai di Singapura.

Selain itu, tidak ada kelihatan gubug di bawah kolong jembatan. Maupun gelandangan di emperan toko. Tidak ada rumah liar di bantaran kali. Rumah kumuh di perkampungan padat penduduk—juga tidak ditemukan di Singapura. Pada umumnya mereka tinggal di apartemen yang disediakan pemerintah.
Penduduknya ramah dan santun. Mereka tidak terlalu usil dengan perbedaan. Rukun dan damai, itu yang dirasakan selama berada di Singaupra!
Ternyata orang Singapura, masih banyak yang bisa bahasa Melayu, sehingga bisa berkomunikasi dengan baik dan lancar dengan pendatang dari Indonesia.
Penduduknya yang beragam suku; Cina, Melayu dan India. Negara Singapura seluas 704 kilometer per segi ini, dihuni sekitar lima juta jiwa. Malah, kurang lebih 42 persen penduduk Singapura adalah orang asing yang bekerja dan menuntut ilmu di kota ini.
Wajarlah kalau Singapura dijuluki kota yang aman di dunia. Ini juga menjadi daya tarik bagi wisatawan dari penjuru dunia berkunjung ke Singapura—aman dan nyaman.
Karena Singapura adalah kota wisata yang terkenal, harus benar-benar siap mengelola sektor wisata menjadi industri pariwisata modern dan profesional. Tak heran, kalau disebutkan, Singapura meraup laba yang tak tanggung-tanggung banyaknya dari sektor parawisata.
Bukan hanya sebatas obyek wisata—kuliner atau makanan khas juga dipamerkan di Singapore Food Festival yang diselenggarakan setiap Juli untuk merayakan masakan Singapura. Acara tahunan lainnya di Singapura meliputi; Singapore Sun Festival, Christmas Light Up, dan Singapore Jewel Festival.
Hebatnya, Singapura mempromosikan dirinya sebagai pariwisata kesehatan. Sekitar 200.000 warga asing mencari perawatan kesehatan di negara ini setiap tahun dan layanan kesehatan Singapura menargetkan satu juta pasien asing setiap tahun mulai 2012 dan memperoleh pendapatan sebesar USD 3 miliar.
Kota Singa
Singapura atau Republik Singapura—dijuluki juga Kota Singa. Negara pulau di lepas ujung selatan Semenanjung Malaya, sekitar 137 kilometer (85 mil) di utara khatulistiwa di Asia Tenggara. Singapura, dipisahkan Selat Johor dengan Malaysia dan dari Kepulauan Riau, Indonesia oleh Selat Singapura di selatan.
Kebanggaan lain Kota Singa ini, dikenal sebagai pusat keuangan terdepan keempat di dunia dan kota dunia kosmopolitan yang diperhitungkan dalam perdagangan dan keuangan internasional. Bahkan, Bandara Internasional Changi, Singapura, satu dari lima bandara tersibuk di dunia.
Singapura, dari sudut “Indeks Kualitas Hidup,” berada pada peringkat satu kualitas hidup terbaik di Asia dan ke-11 di dunia. Tak heran kalau disebutkan—Singapura memiliki cadangan devisa terbesar kesembilan di dunia.
Ternyata, Singapura dikepung 63 pulau, termasuk daratan Singapura. Pulau utama disebut Pulau Singapura tetapi secara resmi disebut Pulau Ujong (Melayu: pulau di ujung daratan (semenanjung)
Ada dua jembatan buatan menghubungkan Johor–Singapore Causeway di utara, dan Tuas Second Link di barat. Pulau Jurong, Pulau Tekong, Pulau Ubin dan Pulau Sentosa adalah yang terbesar dari beberapa pulau kecil di Singapura.
Jangan heran, Singapura memiliki banyak proyek reklamasi tanah—tanah diambil dari bukit, dasar laut dan negara tetangga. Berkat reklamasi ini, daratan Singapura bertambah luas dari; 5,815 kilometer per segi (2,245.2 sq mi) pada 1960-an menjadi 704 kilometer per segi (271.8 sq mi) pada saat ini.
Reklamasi tanah akan terus diperluas hingga mencapai 100 kilometer per segi (38.6 sq mi) pada 2030. (baharuddin silaen)
Be the first to comment