PLTP SARULLA PASOK LISTRIK KE SUMUT PADA  2016

Di tengah krisis listrik yang melanda Sumatera Utara, penyelesaian proyek Pembangkit Listrik Tenaga Panas Bumi (PLTP) Sarulla (Proyek Sarulla) sangat dinantikan. Pembangkit berkapasitas 3×110 megawatt (MW) tersebut ditargetkan mulai beroperasi secara bertahap pada 2016.

“Unit pertama Proyek Sarulla sebesar 110 MW dijadwalkan untuk beroperasi secara komersial pada 2016, kemudian diikuti oleh unit kedua dan ketiga masing-masing 110 MW pada 2017 dan 2018,” kata Presiden Direktur Medco Power Indonesia ( MPI)  Fazil E Alfitri di Jakarta.

Proyek PLTP yang terletak di wilayah Kabupaten Tapanuli Utara, Provinsi Sumatera Utara akan dikembangkan oleh konsorsium Sarulla Operations Ltd (SOL).

Konsorsium ini terdiri dari PT Medco Power Indonesia (MPI) perusahaan milik bersama PT Medco Energi Internasional Tbk dan PT Saratoga Power bersama Itochu Corporation, Kyushu Electric Power Co dari Jepang dan Ormat International Inc. yang berbasis di Amerika Serikat.

“Ini merupakan proyek panas bumi dengan kontrak tunggal terbesar di dunia sampai saat ini,” kata Fazil.

Untuk memuluskan proyek, Konsorsium SOL telah menandatangani perjanjian pinjaman senilai US$ 1,17 miliar  dengan tenor pinjaman 20 tahun dan tujuh bulan masa tenggang, yang akan dipergunakan untuk pembangunan proyek PLTP Sarulla.

Para pemberi pinjaman adalah Japan Bank for International Cooperation (JBIC)  Asian Development Bank (ADB) dan konsorsium dari beberapa bank komersial yang terdiri dari Bank of Tokyo-Mitsubishi UFJ Ltd, ING Bank NV, Mizuho Bank, Ltd, National Australia Bank, Société générale dan Sumitomo Mitsui Banking Corporation sebagai Mandated Lead Arrangers.

Medco Power saat ini memilki porsi kepemilikan terbesar di SOL yaitu 37,25 persen melalui PT Medco Geopower Sarulla. Berdasarkan Perjanjian Jual Beli Listrik  4 April 2013 yang ditandatangani dengan PLN, Proyek Sarulla ditargetkan untuk mencapai financial closing pada April 2014.

Dengan adanya financial closing ini akan mempercepat pengembangan Proyek Sarulla dan diharapkan dapat memenuhi kebutuhan listrik di Sumatera Utara dan bagi PLN dapat melakukan penghematan bahan bakar minyak sebesar US$ 1 juta per harinya.

Maanfat lain pengoperasian Proyek Sarulla ini akan menghasilkan energi listrik dengan emisi (CO2) rendah sehingga bisa mengurangi dampak terhadap lingkungan.

“Pembangkit ini juga menghasilkan listrik yang lebih stabil tanpa bergantung pada ketersediaan sumber energi sebagaimana yang dihadapi pembangkit energi terbarukan lainnya,” ungkapnya.

Pemerintah menyatakan proyek pembangkit listrik panas bumi (PLTP) Sarulla akan menjadi pembangkit listrik panas bumi terbesar di dunia.

Hal itu dikatakan oleh Direktur Jenderal Energi Baru Terbarukan dan Konservasi Energi (Dirjen EBTKE) Kardaya Warnika di Jakarta,.

”Jika dikembangkan Sarulla akan menjadi pembangkit listrik terbesar,” ujar dia.

Selain itu, dengan adanya PLTP Sarulla dapat memperkuat pasokan listrik di wilayah Sumatera Utara (Sumut) sehingga tidak terjadi byar pet lagi.

Menurut Kardaya, saat ini pihaknya tengah berupaya menyelesaikan kisruh Sarulla dengan melihat dari berbagai aspek di antaranya hukum, pendanaan dan sebagainya.Alasan lain Sarulla perlu dikembangkan karena ini energi terbarukan, tidak menimbulkan dampak negatif.

“Di samping itu, harga jual listrik ke PLN relatif murah, katakanlah jika di pasaran sekarang harga jual US$9 sen per kwh, Sarulla Cuma US$6 sen,” paparnya.

Proyek PLTP Sarulla, bermula dari ditetapkannya daerah panas bumi Sarulla-Sibual Buali-Namora langit ditetapkan menjadi Wilayah Kerja Panas Bumi (WKP) Sibual Buali dengan luas WKP 437.458 hektare melalui SK Menteri Pertambangan dan Energi No.1521.K/034/M.PE/1990.

Kemudian, pada 27 Februari 1993 penandatanganan Energy Sales Contract (ESC) oleh PLN (persero), Pertamina dan Unocal North Sumatera Geothermal (UNSG) serta Joint Operation Contract (JOC) oleh Pertamina dan UNSG.

Pada 20 September 1997, dimulai pembangunan proyek PLTP Sarulla ditangguhkan melalui Keppres No.39/ 1997, namun pada 7 Agustus 2003, proyek ini sebesar US$60 juta dari UNSG kepada  PT PLN  dengan persetujuan Tim Perpres No.133/2000 melalui surat No.S-308/M.EKON/08/2003.

Tanggal 15 Januari  2004  persetujuan MESDM  melalui surat No.0256/34/MEM.S/2004 tentang pengalihan proyek Sarulla kepada PLN. Juli 2005, PT Geodipa Energi ditetapkan sebagai pemenang tender proyek PLTP Sarulla yang akan menggantikan PT PLN dalam melanjutkan proyek Sarulla dengan harga jual listrik sebesar 4,55 sen USD/kwh.

Pada 12 Mei 2006, PLN menunjuk pemenang urutan kedua pada saat tender yaitu konsorsium Medco, Ormat, Itochu dan Kyushu dengan harga dasar listrik (base electricity price) sebesar 4,64 sen USD/kwh, untuk menggantikan PT Geodipa Energi yang penawarannya dinyatakan batal karena tidak memperpanjang Bidang Security.

Tanggal 14 Desember 2007 telah ditandatangani Amendement Agreement to Sarulla JOC antara pihak PT Pertamina Geothermal Energy (PGE), PT Medco Geopower Sarulla. Orsarulla Inc, Sarulla Power Asset Ltd dab Sarulla Operation Ltd serta Amendement Agreement to Sarulla ESC antara pihak PLN, PGE dan Medco Geopower Sarulla.

(bas/liputan6.com/sumber lain)

IKLAN

Be the first to comment

Tinggalkan Balasan

Situs ini menggunakan Akismet untuk mengurangi spam. Pelajari bagaimana data komentar Anda diproses.