Rapat Pendeta Distrik VIII DKI Jakarta Raya : SOLIDARITAS SESAMA PENDETA MENGGEMBIRAKAN

Praeses Pdt Colan Pakpahan menyerahkan palu sidang kepada pemimpin sidang Pdt Siter MP Hutasoit

Solidaritas (parhahamaranggion) para pendeta di lingkungan Distrik DKI Jakarta cukup menggembirakan.  Tak terkecuali, pelayanan sosial dan silaturahmi sesama pelayan juga berjalan dengan baik. Termasuk solidaritas dalam suka dan duka maupun antara pelayan aktif maupun purna bakti, berjalan baik.

Pernyataan ini disampaikan Praeses Distrik VIII DKI Jakarta Raya, Pdt Colan WZ Pakpahan MTh, pada saat memberikan Laporan dan Program Umum Praeses Tahun Pelayanan 2014/2015, di Cisarua, Puncak, Jawa Barat.

Namun,  Praeses Colan, mengakui,  masih dijumpai  beberapa kasus  di mana hubungan pendeta resort dengan pendeta diperbantukan kurang harmonis. Bahkan ada pendeta diperbantukan secara terang-terangan berseberangan dengan pendeta resortnya.

Mengenai materi Rapat Pendeta  Distrik DKI Jakarta 2015 ini, masih berkaitan dengan keputusan Rapat Pendeta 2013, dan semua  keputusan agar dapat dilaksanakan secara konsisten di semua HKBP Distrik DKI Jakarta. “Perbedaan yang masih ada dalam pelayanan supaya benar-benar diseragamkan,” kata Colan Pakpahan.

Rapat juga mempercakapkan masalah teologi praktis yang berkaitan dengan karakter dan integritas pendeta, perceraian, kekerasan dalam rumah tangga serta dampaknya terhadap pembinaan sipritual anak-anak. Topik ini disesuaikan dengan tahun keluarga pada 2016.

Tema Rapat Pendeta; “Menjadi Rumah Tangga yang Beribadah Kepada Tuhan.” Josua 24: 14-24. Narasumber untuk mebahas tema, diundang Ketua Rapat Pendeta, Pdt Dr Darwin Lumbantobing.

Dalam makalah, Darwin Tobing menyoroti  kasus perceraian yang terus meningkat pada akhir-akhir ini. Hubungan suami dan isteri yang tidak harmonis, kasus perselingkuhan, poligami dan kekerasan dalam rumah tangga.  Bahkan kasus perceraian sudah monopoli berita di media elektronik, yang kadang melebihi isu politik dan ekonomi.

Anehnya kasus perceraian dan perselingkuhan disiarkan secara  vulgar dalam prime time (jam tayang banyak penonton) dan dengan durasi tayang yang panjang.  Seolah-olah disajikan untuk dipertontonkan kepada semua pemirsa tanpa batasan usia. “Takutnya, pemberitaan yang berlebihan ini, bercerai  atau kawin lagi, seperti terjadi di kalangan seleberitis, akan menjadi pola hidup masyakat banyak,” kata Darwin Tobing yang juga Ketua STT HKBP Pematangsiantar .

Pdt Darwin mengamati, perkawinan ala selebritis ditayangkan hampir pada semua channel televisi nasional dan dipertontonkan setiap hari. Konflik suami dan isteri  diseret dan diarahkan sedemikan rupa agar pada akhirnya menuju perceraian. Padahal, setiap konflik antara suami dan isteri tidak selalu menjadi ancaman dalam perkawinan. Apabila ditata dan dikelola dengan baik justru menjadi perekat cinta kasih. “Hubungan cinta kasih pada suami dan isteri dapat bersemi kembali setelah konflik diselsaikan dengan biak, tepat dan benar, “ujarnya.

Ia menambahkan, pada dasarnya, perceraian antara suami dan isteri tidak diperbolehkan. Sebab, melalui perkawinan, suami dan isteri telah menjadi satu daging. Apa yang telah dipersatukan Allah tidak boleh diceraikan manusia. (Mateus 19: 5-6)

Sebab itu, peserta rapat sepakat,  agar diberikan tuntunan  keluarga  sehingga warga HKBP menjadi keluarga yang beribadah kepada Tuhan, baik melalui kebaktian keluarga maupun kebaktian di gereja. Keluarga yang rajin berdoa dan membaca firman Tuhan di tengah keluarga.

Selain itu, dalam diskusi kelompok dibicarakan juga parhahamaranggion  para pendeta seperti Elia dan Elisa. Saling mendukung dan menopang dalam pelayanan.

Rapat berlansung selama dua hari (12-13 Oktober 2015) yang diikuti 137 pendeta. Tuan rumah adalah HKBP Kebayoran Baru. Ketua Umum, Pendeta Resort , Pdt Frits H Hutapea STh, yang didukung panitia dari HKBP Kebayoran Baru, Jakarta.

(bas)

IKLAN

2 Comments

  1. Di sude portibi on do halak Silom marpangalaho songon on. Piga ari naung salpu makkatai do ahu dht sada halak Afghanistan goarna Mohamad Akbar.Didok ibana bhw agama Jahudi, Shinto, kong hucu , budha, Kristen itu salah yg benar adlh holan Islam

  2. HKBP dalam pemilihan Ephorus sudah menggunakan cara cara sekuler, yang mungkin menggunakan uang dan pengaruh. Apalagi sudah menggunakan istilah Team Sukses. Bila seorang calon memenangkan dan menjadi Ephorus maka Anggota Team Sukses, akan mendapatkan imbalan misalnya penempatan ditempat basah (di Kota Besar). Jemaat melihat keadaan ini secara sinis tanpa bisa berbuat apa.

Tinggalkan Balasan

Situs ini menggunakan Akismet untuk mengurangi spam. Pelajari bagaimana data komentar Anda diproses.